Peneliti ITB: Penyebaran Virus Corona Berakhir Pertengahan April 2020

Share

DIDIKPOS.COM – Indonesia akan mengalami puncak jumlah kasus harian COVID-19 pada akhir Maret 2020 dan berakhir pada pertengahan April 2020, dengan kasus terbesar berada di angka sekitar 600 kasus.

Prediksi itu berdasarkan simulasi dan pemodelan penyebaran corona di Indonesia oleh Pusat Pemodelan Matematika dan Simulasi Institut Teknologi Bandung (P2MSITB).

Tim peneliti terdiri dari dosen Program Studi (Prodi) Matematika ITB Nuning Nuraini beserta Kamal Khairudin S. dan Mochamad April. Tim penelitian berusaha menjawab pertanyaan mendasar tentang epidemi COVID-19 melalui suatu model matematika sederhana.

Nuning dengan tim membangun model representasi jumlah kasus COVID-19 dengan menggunakan model Richard’s Curve. Model tersebut terbukti berhasil memprediksi awal, akhir, serta puncak endemi dari penyakit SARS di Hong Kong pada 2003.

Model Richard’s Curve yang dipakai yakni model Richard’s Curve Korea Selatan karena dinilai paling cocok untuk disandingkan dengan data kasus terlapor COVID-19 di Indonesia. Kesesuaian ini terjadi saat jumlah kasus COVID-19 di Indonesia masih 96 kasus.

“Jadi, bisa dikatakan, jika kita punya penanganan yang mungkin sama, sesuai dengan publikasi yang ada dengan Korea Selatan, tanpa memasukkan faktor kompleksitas lainnya seperti temperatur lingkungan, kelembaban, dan lainnya,“ ujar Nuning, dikutip Pikiran-Rakyat.com, Kamis, (19/3/2020).

Kata Nining, merujuk pada model yang dibangun, perlu dilakukan pencegahan dari meluasnya penyebaran COVID-19. Tingkat penyebaran yang tinggi akan memberatkan rumah sakit, karena tidak memiliki kapasitas yang cukup untuk menampung pasien COVID-19.

Pencegahan yang bisa dilakukan, yakni dengan melakukan pembatasan sosial (social distancing). Dengan adanya pembatasan sosial, harapannya, setiap masyarakat tidak akan menjadi penular maupun tertular, karena tidak melakukan kontak dengan siapapun.

“Penelitian tim ITB dilatarbelakangi oleh kasus COVID-19 di Indonesia yang telah menimbulkan keresahan masyarakat. Kesimpangsiuran informasi tentang COVID-19 pun dikhawatirkan mengganggu usaha menanggulangi virus tersebut,” sebutnya. (syaeful nugraha)***