Hebring Uy, Mendikbud Sebut Sekolah di Jabar Jadi Contoh Nasional Pembelajaran Tatap Muka

Share

DIDIKPOS.COM – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim menyatakan, SMAN 4 Kota Sukabumi bisa menjadi contoh bagi sekolah lain di Indonesia dalam menyiapkan pembelajaran tatap muka di sekolah di masa new normal (adaptasi kebiasaan baru).

“(Sekolah) ini bisa jadi contoh nasional. Bukan untuk SMA saja, tapi juga untuk SMP,” ungkap Mendikbud, usai meninjau SMAN 4 Kota Sukabumi bersama Wakil Presiden RI, Ma’ruf Amin, Rabu (8/7/2020).

Mendikbud memuji kesiapan SMAN 4 Kota Sukabumi karena telah menyiapkan pembelajaran tatap muka dengan menerapkan protokol kesehatan pencegahan penyebaran Covid-19. Itu sesuai dengan syarat yang ditentukan dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) 4 Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Tahun Ajaran 2020/2021.

“Saya pun mengapresiasi inovasi sekolah dengan membuat box plastik di meja siswa guna meminimalisasi interaksi kontak fisik antara siswa dan guru,” ujarnya.

Kata Mendikbud, kunci dari ini semua adalah pola pikir para pemangku kebijakan di lingkungan pendidikan. Mulai dari kepala dinas, pengawas, kepala sekolah, hingga guru yang mengutamakan keselamatan.

“Kalau mengutamakan keselamatan, pasti tercari jalannya. Berbagai inovasi bisa dilakukan. Kreativitas masing-masing pemimpin pendidikan itulah yang terpenting,” tuturnya.

Mendikbud menegaskan, keputusan pembelajaran tatap muka tak hanya diputuskan oleh sekolah, tapi juga melibatkan orang tua.

“Jika orang tua tidak nyaman, orang tua memiliki kebebasan untuk tidak mengizinkan anaknya ke sekolah. Ini tanggung jawab sekolah agar (membuat siswa) tidak terdiskriminasi,” tandasnya.

Kepala SMAN 4 Kota Sukabumi, Rachmat Mulyana, mengatakan, pihaknya telah membuat angket untuk diisi orang tua siswa. Angket tersebut bertujuan memahami kondisi siswa dan memberikan pilihan kepada orang tua untuk mengizinkan anaknya pergi ke sekolah atau tetap belajar dari rumah.

“Angket tersebut merupakan kajian dan analisis kami. Kalau kondisi siswa yang dianalisis cukup berbahaya, misalnya ternyata mereka berasal dari luar Kota Sukabumi, kami tidak akan izinkan,” terang Rachmat. (hfa)***