Opini  

Sinergitas dengan Alam di Masa Pandemi Covid dalam Konteks Falsafah Tri Hita Karana (1, Bersambung)

Share

Oleh Ni Putu Sri Jayanti Warma Dewi

COVID-19 (Corona Virus Disease) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 atau SARS-CoV-2). Virus ini merupakan keluarga besar Coronavirus yang dapat menyerang hewan. Ketika menyerang manusia, Corona virus biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernafasan, seperti flu, MERS (Middle East Respiratory Syndrome), dan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome). Covid-19 sendiri merupakan corona virus jenis baru yang ditemukan di Wuhan, Hubei, China pada tahun 2019.

Pada awal tahun 2020, pandemi Virus Corona atau Covid-19 menjadi perbincangan yang mendunia. Virus ini masuk ke Indonesia sekitar bulan Februari. Saat ini beberapa pengelompokkan kasus pasien ODP (Orang Dalam Pemantauan), PDP (Pasien Dalam Pengawasan), serta OTG (Orang Tanpa Gejala). Virus Corona atau Covid-19 yang terjadi di Indonesia mengalami peningkatan yang sangat tinggi baik dari jumlah kasus, sembuh, maupun yang meninggal dunia. Menurut data yang diambil dari artikel Kompas (22/8/2020) kasus positif Covid-19 bertambah sebanyak 2.090. Sehingga jumlahnya saat ini menjadi 151.498 orang. Sementara, untuk kasus sembuh ada penambahan sebanyak 2.207 orang. Penambahan itu sekaligus menjadikan total pasien yang telah sembuh menjadi 105.198 orang. Namun, pasien yang meninggal dunia karena infeksi Covid-19 ini juga bertambah sebanyak 94 orang. Dengan penambahan ini, jumlah pasien yang meninggal dunia kini jumlahnya menjadi 6.594 orang. Covid-19 (Corona Virus Disease) merupakan virus yang sesungguhnya tidak pernah disangka berdasarkan hasil riset virus ini dapat terindikasi ke dalam tubuh manusia serta asal usul virus ini masih menjadi teka teki. Suhu udara, sinar matahari, tingkat kelembapan udara, dan temperatur sangat berpengaruh terhadap masa hidup dari virus ini. Beruntung di Indonesia memiliki iklim tropis dengan suhu panas yang mampu membuat virus ini tidak bertahan lama saat terpapar panas.

Sampai saat ini, kasus pasien yang telah terindikasi Virus Corona di Indonesia membuat pemerintah menggalakkan aturan kepada seluruh masyarakat untuk melakukan karantina dirumah. Di mana saat karantina di rumah setiap masyarakat dihimbau untuk tetap dapat bekerja dari rumah, belajar dari rumah, dan beribadah dari rumah. Hal ini dilakukan untuk dapat memutuskan rantai penularan Virus Corona atau Covid-19.

Salah satu bagian provinsi yang ada di Indonesia yaitu provinsi Bali, di mana Bali pada saat ini mengalami jumlah kasus penularan virus corona yang semakin meningkat. Saat ini jumlah pasien yang sembuh, terinfeksi dan meninggal jika dijumlahkan secara kumulatif positif Covid-19 di Bali saat ini tembus 3.927 kasus. Berdasarkan artikel Nusa Bali, per Agustus 2020, klasifikasi penyebaran terbanyak merupakan kasus transmisi lokal yakni 3.534 orang atau 89,99 persen dari total 3.927 kasus positif. Sisanya, 298 orang imported case dari PMI yang punya riwayat perjalanan ke luar negeri (7,59 persen), 87 orang imported case dari riwayat perjalanan ke luar daerah Bali (2,22 persen), dan 8 orang WNA (0,20 persen). Daerah di Bali yang paling parah terpapar Covid-19 masih tetap Denpasar, yakni mencapai 1.441 kasus, yang mana 1.376 orang di antaranya merupakan transmisi lokal. Disusul kemudian Badung dengan 546 kasus positif Corona, Bangli (402 kasus), Gianyar (372 kasus), Klungkung (360 kasus), Karangasem (283 kasus), Buleleng (232 kasus), Tabanan (168 kasus), dan Jembrana (dengan 69 kasus).

Seperti yang diketahui banyak cara yang dilakukan oleh pemerintah atau masyarakat untuk memutus rantai penularan Covid-19 (Corona Virus Disease) salah satunya melakukan karantina di rumah walaupun pada akhir-akhir ini ada pernyataan untuk melakukan kegiatan New Normal atau dengan kata lain membuka kehidupan baru di tengah pandemi Covid-19 tentunya dengan selalu menggunakan protokol kesehatan seperti penggunaan masker, mencuci tangan dengan sabun, serta membawa handsanitizer. Pemerintah Bali tersendiri melakukan berbagai upaya dalam setiap pemutusan penularan Covid-19 baik secara niskala (tak berwujud) maupun sekala (berwujud) .

Berbagai upaya dilakukan Pemerintah Indonesia dalam memutus rantai penyebaran Covid-19 mulai dari melakukan social distancing (jaga jarak), melakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar), bekerja dari rumah, belajar dari rumah, beribadah dari rumah, selalu menggunakan protokol Kesehatan, dan lain sebagainya. Untuk itu dalam konsep antropologi budaya terdapat sesuatu kekuatan budaya untuk menekan lajunya Covid-19 ini, kekuatan budaya ini sebagau wujud untuk mewujudkan Indonesia Bahagia ditambah dengan Indonesia Sehat. Setiap daerah memiliki local knowledge (pengetahuan lokal), local genius (kecerdasan lokal), dan local wisdom (kearifan lokal). Wajar jika pendekatan budaya untuk memberantas covid-19 berbeda gaya dan cara.***

Penulis adalah guru di SMA N 1 Kuta Selatan, Bali.