Buka Rakor Forum Wakil Rektor Bidang Kerjasama PTKIN, Rektor UIN Bandung: Harus Jadi Solusi

Share

DIDIKPOS.COM – Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si. membuka acara Rapat Koordinasi (Rakor) Forum Wakil Rektor Bidang Kerjasama Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN), di Novotel Hotel dan Resort Bandung, Senin (29/3/2021).

Rakor tersebut berlangsung hingga Rabu (31/3/2021).

Dalam Rakor ini tampil narasumber Prof. Dr. H. M. Ali Ramdhani, S.TP., M.T. (Dirjen Pendidikan Islam Kemenag); Prof. Dr. Suyitno, M.Ag. (Direktur PTKI); Drs. M. Mudhofir, M.Si. (Kepala Biro Hukum dan Kerjasama Luar Negeri Sekretariat Jenderal Kemenag); serta Prof. Dr. Ardi Marwan (Atikbud Berlin Jerman).

Lalu, Prof. Achmad Ubaidillah, M.A., Ph.D. (Atikbud Riyadh); Prof. Dr. Bambang Suryadi (Atikbud KBRI Cairo Mesir); Ahmad Fachmi Sulthon (Counsellor KBRI Alger); serta Muhammad Adib Abdushomad, M.Ag., Ph.D. (Kepala Subdirektorat Kelembagaan dan Kerjasama Direktorat PTKI Dirjen Pendis).

Rektor UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Prof. Mahmud, mengungkapkan, untuk menjadikan PTKIN sebagai destinasi pendidikan Islam dunia harus dimulai dari peningkatan, penguatan bidang kerjasama dan kelembagaan di dalam dan luar negeri, sampai ikut terlibat aktif untuk menciptakan perdamaian dunia melalui agen moderasi beragama yang ada di kampus Islam.

“Jadilah agen untuk menyebarkan moderasi beragama perspektif PTKIN. Caranya dengan menyebarluaskan sikap moderasi beragama, sehingga kedamaian dunia akan tercipta. Hal ini harus menjadi misi membangun program kerjasama dan penguatan lembaga di dalam dan luar negeri,” tuturnya.

Dikatakannya, dengan memiliki komitmen bersama untuk sama-sama bekerja dan melakukan kerja sama, kehadiran PTKIN harus menjadi solusi atas ketertinggalan pendidikan di dunia Islam.

“Untuk lingkungan PTKIN tidak ada perbedaan, persaingan antara STAIN, IAIN, UIN karena persaingan kita dari luar dan semuanya saudara dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan Islam. Oleh karenanya, jadikan PTKIN untuk solusi kebangsaan melalui moderasi beragama, mudah-mudahan ikhtiar bersama ini memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia,” paparnya.

Sarjana Berkualitas

Rektor menambahkan, dalam konteks implementasi Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), keberadaan kerja sama dan pengembangan lembaga ini diharapkan membuka peluang untuk meningkatkan kuantitas lulusan, sehingga mampu melahirkan sarjana berkualitas.

Ketua Forum Wakil Rektor Bidang Kerjasama PTKIN, Prof. Dr. Hj. Ulfiah, M.Si., menyampaikan, kegiatan ini diikuti 70 peserta yang terdiri dari Wakil Rektor Bidang Kerjasama, Internasional Office, Dekan, Kepala Biro, dan Koordinator di lingkungan UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

“Kegiatan ini dilandasi bidang kompetensi dosen untuk meningkatkan wawasan, kualitas kelembagaan dan kerja sama. Jumlah yang mengikuti rakor ini 70 orang terdiri dari Wakil Rektor bidang kerjasama, IO, sehingga terjadi persamaan persepsi untuk peningkatan wawasan, penguatan jejaring kerja sama. Menghadirkan narasumber dari Jerman, Riyadh, Mesir, Alger,” jelasnya.

Lanjut Prof. Ulfiah, Rakor ini dibagi beberapa sidang komisi untuk persamaan persepsi dan kesepakatan bersama dalam memberikan motivasi, informasi, dan layanan terbaik.

“Penguatan IO atau IOP harus menjadi keharusan apakah masuk ortaker atau tidak. Implementasi dari kerja sama tidak hanya berhenti pada MoU, tapi harus nyata dirasakan oleh masyarakat, sehingga memberikan kontribusi yang positif bagi pengembangan pendidikan Islam,” tuturnya.

Kepala Subdirektorat Kelembagaan dan Kerjasama Direktorat PTKI Dirjen Pendis, Muhammad Adib Abdushomad, sangat mengapresiasi ikhtiar Forum Wakil Rektor Bidang Kerjasama.

“Esensi dari forum ini dalam rangka memperkuat kerja sama PTKIN. Tidak hanya di dalam negeri, tapi luar negeri, terutama dengan kehadiran PMA No 40 tahun 2020 tentang Kerjasama untuk bisa dimaksimalkan kolaborasi luar negeri, pertukaran dosen, mahasiswa. Ini harus menjadi momentum IO, untuk menjadikan PTKIN sebagai destinasi pendidikan Islam dunia,” ungkapnya.

Keberadaan mahasiswa luar negeri, lanjutnya, diharapkan data menjadi duta ambassador untuk destinasi pendidikan Islam dunia.

“Ketika diservis dengan pelayanan terbaik, mahasiswa asing jadi dutanya. Karena jika ingin melihat kualitas PT, salah satunya dilihat dari berapa banyak jumlah mahasiswa asing, MoU dan networking dengan PT di luar negeri, yang dapat berimplikasi pada arus ada kerja nyata, bukan hanya berhenti pada dokumen MoU as a piece of paper without action. Untuk itu, starting point untuk melakukan kolaborasi dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan Islam harus dilakukan secara sinergis, berkolaborasi,” ujarnya. (des)***