Oleh Eha Rohayati
“ANAK adalah peniru yang baik”. Seharusnya disadari oleh para orang tua, sehingga mereka bisa lebih menjaga sikap dan tindakannya ketika berada atau bergaul dengan anak-anaknya. Secara psikologis, anak memang membutuhkan panutan atau contoh dalam keluarga. Sehingga dengan contoh tersebut anak dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Sebaliknya jika anak tidak memperoleh model atau perilaku yang mencerminkan akhlakkharimah, tentu mereka pun akan melakukan hal-hal yang kurang baik.(Amirullah,2015). Orang tua memiliki peran utama dalam keluarga, sebagai pendidik pertama bagi anak-anaknya.
Dikatakan pendidik pertama karena pendidikan dari keluarga (orang tua) mempunyai pengaruh besar bagi kehidupan anak di kemudian hari, karena perannya sangat penting maka orang tua harus benar-benar menyadarinya sehingga mereka dapat memperankannya sebagaimana mestinya. Orang tua juga sangat berperan bagi perkembangan aspek kognitif, emosional,dan mental spiritual beribadah anak. Orang tua haruslah menjadi contoh bagi anak-anaknya. Karena orang tua merupakan contoh ideal dalam pandangan anak, dalam tingkah laku, sopan dan santunnya akan ditiru, disadari atau tidak semua keteladanan itu akan melekat pada diri dan perasaannya, karena keteladanan merupakan faktor penentu baik buruknya anak .
Pendidikan di Indonesia, saat ini sedang berusaha mengkaji kembali perlunya pendidikan moral atau pendidikan karakter dengan penerapan kurikulum 2013. Pengembangan pendidikan karakter saat ini perlu untuk dilakukan, karena kualitas peserta didik dalam kepribadian dan karakter merupakan hal penting yang harus dipikirkan dengan baik-baik. Idealnya pendidikan yang dibangun bangsa ini haruslah merujuk dengan tujuan yang telah ditetapkan dalam UU Sisdiknas, pendidikan karakter (watak) adalah amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasioanl pasal 3 menegaskan bahwa ”Pendidikan nasioanl berpungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,sehat, berilmu, cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Fenomena terkait rendahnya karakter siswa di sekolah, khususnya perilaku sopan siswa terhadap guru. Bentuk perilaku rendahnya sikap sopan siswa ditunjukkan dari hasil pengamatan yang dilakukan terhadap siswa ketika sedang kegiatan KBM, istirahat dan berkomunikasi dengan guru lain. Masih terdapat siswa yang sering berkata kasar atau kotor, selain itu siswa juga berani membantah perintah guru. Komunikasi antara siswa dengan guru juga menunjukkan rendahnya sikap sopan santun, misalnya siswa tidak menggunakan bahasa yang baik saat berbicara dengan gurunya. Saat berbicara dengan guru sering kali siswa menggunakan bahasa “ngoko”.
Interaksi guru dan siswa juga menunjukkan rendahnya sikap sopan santun, Ada siswa yang terlambat masuk kelas tetapi tidak memberikan salam atau ungkapan permisi kepada guru yang telah berada lebih dulu di dalam kelas, selain itu jika ada guru yang menegur, siswa berlaku cuek pada gurunya. Kemudian interaksi di dalam kelas antara guru dan siswa juga menunjukkan sikap kurangnya sopan santun, yaitu jika guru sedang menjelaskan di depan siswa tidak mendengarkan dengan baik, ramai atau ngobrol dengan temannya. Hal yang sama siswa yang sering tidak berperilaku sopan terhadap guru adalah siswa laki-laki. Siswa berlaku tidak sopan terhadap guru pada saat ditegur oleh guru yaitu dengan berbicara kotor atau menggerutu. Dari cara berpakaian, banyak siswa yang kurang sopan yaitu biasanya siswa tidak memasukkan baju seragam. Selain itu saat berinteraksi dengan guru banyak siswa yang acuh atau tidak menegur guru padahal siswa tersebut jalan di depan guru. Pada umumnya situasi seperti itu masih ada. Sikap siswa seperti itu tidak lepas dari contoh di keluarganya.
Tingkat kecerdasan seorang anak tidak menjamin terbentuknya karakter yang baik. Tidak dapat dipungkiri lagi, bahwa dewasa ini sikap sopan santun pada anak-anak berkurang drastis. Meskipun pelajaran tentang sopan santun telah diterapkan di sekolah, tetapi sepertinya sopan santun kini adalah suatu yang mahal.
Sopan satun menjadikan seseorang berbeda dengan lainnya. Perbedaan tersebut nantinya akan berdampak langsung pada hal positif yang akan dilakukan oleh seseorang. Perbuatan atau sikap baik tersebut tentu tidak sendirinya. Tetapi membutuhkan proses yang panjang dalam terciptanya sikap sopan santun pada diri seseorang. Oleh karena itu diperlukan sebuah upaya dan juga pedoman dalam mendidik anak. Pendidikan sopan santun yang paling utama berasal dari keluarga, dan kita tidak dapat menyalahkan sekolah atau pihak lain, apabila anak kita kurang memiliki sopan santun dalam bersikap karena sopan santun adalah suatau kebiasaan yang dibentuk dalam waktu yang lama.
Sebenarnya tidak pernah ada kata terlambat dalam mengajarkan sopan santun kepada anak, karena yang paling penting dalam mengajarkan anak sopan santun adalah teladan diri sendiri sebagai orang tua. Dengan kata lain, anak tidak akan menganggap serius hal ini, apabila kita sendiri dapat memberikan contoh yang baik. Pentingnya pendidikan sopan santun pada anak tidak lain karena keprihatinan pada generasi kita saat ini. Banyak yang menganggap bahwa sopan santun yang dimiliki generasi muda kian pudar, banyak anak masa kini kerap kali berperilaku dengan seenaknya sendiri tanpa mengindahkan sopan santun. Bagaimana cara mengajarkan sikap sopan santun yang benar pada anak? Timothy Wibowo mengungkapkan 12 cara untuk mendidik sopan santun anak.
Sejak Usia Dini
Sejak anak berusia 1-3 tahun dibiasakan hal yang sederhana seperti memberi salam, meminta izin dan sebagainya.
Jadilah Role Model
Dengan melihat contoh prilaku orang tuanya sehari-hari, maka anak akan belajar sikap sopan santun dengan sendirinya. Pembentukan perilaku anak dipengaruhi oleh lingkungannya.
Mulai dari Hal Sederhana
Dalam bersikap sopan satun, ajarkan anak untuk terbiasa dengan empat kata penting, yaitu permisi, tolong, maaf, dan terima kasih.
Lakukan dengan Konsisten.
Mungkin anak masih sering lupa bagaimana harus bersikap baik, sebagai orang tua jangan pernah lelah untuk mengingatkan apabila anak bertindak tidak sopan.
Berikan Pujian.
Ketika anak bersikap baik dan sopan berikan pujian atau hadiah berupa makanan atau minuman kesukaanya, tetapi jagan berlebihan karena hal itu hanya akan membuat anak berlaku sopan untuk pujian.
Serius dengan Hal Ini.
Ketika anak berbuat salah atau kurang sopan, jangan pernah dijadikan bahan untuk bercanda atau lelucon, karena hal itu justru akan membuat anak sulit untuk memahami dan mengerti arti sopan santun sebenarnya.. Ingatkan anak dengan lembut ketika berbuat salah.
Perhatian pada Anak.
Sesibuk apapun kondisi orang tua di rumah cobalah untuk memberikan perhatian dan respon atas prilakunya.
Bermain Role Play.
Ajak anak untuk bermain peran, karena anak biasanya suka sekali bermain peran dengan temannya. Kenalkan anak dengan sikap sopan santun dalam bentuk permainan yang ia sukai.
Melalui Cerita dan Dongeng.
Dua hal yang biasanya disukai anak, yaitu cerita dan musik. Cerita adalah salah satu media yang sangat efektif dalam mendidik anak. Kesempatan ini untuk menceritakan dongeng kepada anak, pilihlah kisah yang menarik dari buku atau dongeng dan tambahkan imajinasi. Ceritakan dongeng tersebut sambal mengenalkan karakter yang baik dan masukkan nilai-nilai sopan satun kepada anak.
Kenalkan dengan Agama.
Kenalkan agama sejak dini. Karena pendidikan agama yang baik akan membantu memunculkan perilaku yang baik dan santun. Nilai-nilai moral yang diajarkan dalam agama sangat penting untuk menumbuhkan kedewasaan dan pembentukan karakter anak ketika ia besar nanti.
Peluk dalam Doa.
Doa adalah satu bentuk keyakinan orang tua terhadap anaknya. Ketika anak tumbuh dewasa, kita tidak bisa mengawasinya selama 24 jam sehari, dengan siapa anak bergaul, dan apa saja yang mempengaruhinya. Doa orang tua untuk anaknya adalah doa yang sangat tulus, karena itu peluklah selalu anak dalam doa, dan doakan mereka agar tumbuh menjadi pribadi yang baik.
Butuh Proses.
Sopan santun tidak dapat dilakukan secara instan, karena ini adalah proses pembiasaan. Membutuhkan kesabaran, teladan, dan penuh cinta kasih. Sopan santun adalah sebuah etika yang harus kita miliki ketika hidup di lingkungan sosial. Sopan santun adalah hasil didikan orang tua dan bukan bawaan sejak lahir, maka sebaiknya mengajarkan sopan santun dilakukan sejak usia dini.
Demikianlah beberapa cara untuk mendidik sopan santun pada anak yang bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari- hari. Teladan, kesabaran, kasih sayang dan doa. ***
Sumber Bacaan
Sarbini, Amirullah .2015. Pendidikan Karakter Berbasis Keluarga: Studi Tentang Model Pendidikan Karakter Dalam Keluarga Perspektif Islam. Arruz Media.
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Depdiknas. Jakarta:.
Wibowo, Timothy. 12 Cara Mendidik Anak Sopan Santun. Founder pendidikankarakter.com
Eha Rohayati, Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia SMPN 2 Sukaraja Kabupaten Sukabumi.