CIMAHI, DIDIKPOS.COM,- Rabu (4/3/2020) pagi, Abdul Jana (62), warga Jln. Pasantren, Cimahi, terlihat mendatangi kampus STKIP Pasundan, yang juga berlokasi di Kota Hijau itu.
Momen itu menjadi hari spesial bagi pensiunan PNS itu. Setelah menunggu selama lima tahun, Jana akan mewujudkan nazarnya dapat membiayai kuliah putrinya Nurelah Purnamasari (32), mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris STKIP Pasundan hingga meraih gelar sarjana.
Jana datang ke STKIP Pasundan sambil menenteng tas berisikan kepingan uang Rp. 500-an dan Rp. 1000-an. Jika ditotal, berat tas itu hampir mencapai 40 kilogram. Nilainya sendiri sebesar Rp. 5 juta.
Keterkaitan antara nazar Jana dengan tas berisi kepingan uang logam itu begitu kental. Pasalnya, tas berisi uang Rp 5 juta ini akan diserahkan ke Subbag Keuangan STKIP Pasundan untuk membayar biaya ujian sidang S-1 anaknya, Nurelah.
“Saya ingin anak saya bisa mengikuti wisuda pada 15 Maret mendatang. Selama lima tahun, sejak 27 September 2015, saat mulai pensiun dari PNS, saya mengumpulkan uang lima ratusan dan seribuan. Alhamdulillah, cita-cita saya untuk membiayai pendidikan anak hingga menyelesaikan S-1 dikabulkan oleh Alloh SWT,” kata Jana, kepada Didikpos.com.
Diungkapkannya, sejak memasuki masa pensiun, pendapatannya otomatis berkurang. Di sisi lain, dia tetap ingin agar biaya pendidikan anaknya, yang mulai menempuh kuliah di STKIP Pasundan pada 2006 itu tak tersendat.
“Saat itu saya putar otak. Biarlah untuk biaya pendidikan anak sehari-hari saya alokasikan dari gaji pensiunan. Namun, untuk biaya di ujung masa perkuliahan, saya berinisiatif untuk menabung uang logam di celengan. Selama lima tahun itu, rata-rata dalam sebulan terkumpul Rp. 100 ribu,” katanya.
Memang, lanjut suami dari Hamidah Gandawati (59) ini, anak keduanya itu agak tersendat untuk menyelesaikan pendidikan. Dibandingkan dengan tiga anaknya yang lain, Nurelah memakan waktu lama menempuh pendidikan S-1. Salah satu penyebab lambatnya menyelesaikan kuliah, anaknya yang satu ini memilih menikah di tengah-tengah masa perkuliahan.
Kata Jana, kendati tanggung jawab Nurelah telah beralih kepada suaminya, namun ia tetap merasa memiliki tanggung jawab moral sebagai orangtua.
“Tiga anak saya yang lain, yaitu Mega Setiawati, Nugraha Suryanegara, dan Singgih Atmadilaga sudah meraih gelar S-1, bahkan ada yang sudah S-2. Saya ingin berlaku adil terhadap semua anak saya. Jika untuk anak yang lain saya membiayai pendidikan hingga mendapat gelar sarjana, Nurelah pun harus mendapatkan perlakuan sama dari orangtuanya,” terangnya.
Jana menambahkan, tekad kuatnya untuk membiayai pendidikan anak hingga rampung, juga dipacu keinginannya membekali sang anak untuk kehidupannya di masa depan.
“Bekal pendidikan ini mudah-mudahan menjadi warisan berharga bagi anak saya. Ibaratnya, kalau warisan harta, suatu hari nanti bisa saja habis. Namun, untuk warisan pendidikan, jadi bekal yang akan berkembang terus sampai kapanpun,” tuturnya.
“Saya pun berterima kasih kepada STKIP Pasundan yang telah memberikan kebijakan selama anak saya menempuh pendidikan. Kelonggaran dalam membayar biaya pendidikan ini memperlancar penyelesaian pendidikan anak saya,” tambah Jana.
Ketua STKIP Pasundan, Dr. Dedi Supriadi, M.Pd., mengatakan, dia sangat terharu atas jerih payah Jana memperjuangkan pendidikan anaknya.
“Ini cermin untuk saya secara pribadi, Pak Jana ini memiliki tekad yang begitu besar untuk menyekolahkan anaknya. Terus terang, saya sangat kagum atas upaya itu. Sebagai orangtua, apapun akan dilakukan untuk anaknya,” ujarnya.
Menurut Dedi, STKIP Pasundan sama sekali tak bermaksud membebani mahasiswa agar bisa kuliah di kampus itu. Namun, untuk langkah yang dilakukan Jana, lanjutnya, menggambarkan keinginan kerasnya untuk menyelesaikan pendidikan anaknya sesuai dengan ketentuan yang harus ditempuh.
“Saya sangat menghargai upaya itu. Pa Jana merupakan orangtua yang sangat menyayangi anak-anaknya,” tandas Dedi.
Senada dengan Dedi, Wakil Ketua 1 Bidang Akademik dan Kerjasama STKIP Pasundan, Dr. Jajang Hendar Hendrawan M.Pd., mengaku terharu atas jerih payah Jana.
“Pa Jana adalah cermin dari besarnya tanggung jawab orangtua terhadap anaknya. Apapun akan dilakukan orangtua agar proses pendidikan anak lancar sesuai harapan,” katanya.(dede suherlan)***