DIDIKPOS.COM – Seorang pria berinisial BA mengaku melakukan pelecehan seksual lewat video yang diunggah di media sosial miliknya. Pria yang mengaku sebagai dosen di Yogyakarta ini melakukan pelecehan dengan berbagai kedok, salah satunya melakukan penelitian tentang swinger.
BA membuat video pengakuan di media sosial Facebook miliknya @Bams Utara. Di dalam video tersebut, dia mengaku telah melakukan pelecehan seksual terhadap beberapa korban.
“Terima kasih kepada teman-teman yang sudah mendengarkan video saya ini. Saya membuat rekaman ini dengan kesadaran penuh dan tanpa paksaan dari siapapun.
Saya ingin menjelaskan bahwa pernyataan saya mengenai rencana penelitian tentang swinger kepada banyak perempuan adalah bohong. Bahwa sesungguhnya saya sebenarnya lebih ingin berfantasi swinger secara virtual semata. Hal itu dikarenakan kata swinger sering menghantui saya di setiap waktu dan tempat.
Selain berfantasi secara virtual tentang swinger, saya juga pernah melakukan pelecehan secara fisik. Oleh sebab itu secara khusus saya meminta maaf kepada seluruh korban baik dari kampus UGM Bulaksumur, maupun yang lain, yang pernah menjadi korban pelecehan saya baik secara fisik, tulisan maupun verbal sehingga menimbulkan banyak trauma.
Saya juga meminta maaf kepada NU dan UGM karena selama ini menyalahgunakan nama NU dan UGM dalam mencari target.
Secara umum saya memohon maaf kepada seluruh masyarakat Indonesia dan berjanji tidak lagi melakukan kebohongan ini. Apa yang saya lakukan selama ini tidak diketahui oleh istri saya.
Setelah ini saya akan menceritakan kepada istri saya dan meminta dia mendampingi saya dalam melakukan terapi secara intensif ke psikolog maupun psikiater agar bisa terbebas dari penyimpangan dan kelainan ini.
Kemudian terakhir saya berjanji untuk tidak melakukan hal ini lagi dan bila terbukti melakukan lagi saya siap menerima semuala konsekuensi hukum yang ada.
Terimakasih perhatianya teman-teman yang mau mendengarkan,” ujar BA dalam video pengakuanya yang diunggah di akun media sosial Facebooknya @Bams Utara
Namun, saat dicek pada Senin 3 Agustus 2020, akun media sosial Facebok dan video sudah dihapus.
Pengakuan Korban
Salah satu korban, IA, menceritakan BA menghubunginya pada Januari 2019. Sebelum menghubungi, BA meng-add akun Facebooknya. Awalnya BA menjalin komunikasi via chat Facebook.
“Dia mengaku akan melakukan penelitian, membantu penelitian temannya yang dari psikolog. Dia membantu penelitian sosial,” ucap IA, Senin (3/8/2020).
IA mengungkapkan, BA sempat telepon sebanyak dua kali. Namun pembicaraan dalam telepon itu dirasa aneh.
“Saya blokir pada tahun itu juga setelah telepon dua kali kok aneh kemudian saya blokir. Sebelum itu saya tidak pernah mengenal dia,” urainya.
BA bisa add akun Facebook korban setelah masuk ke salah satu grup. BA memang sengaja masuk ke grup-grup untuk mencari target.
“Iya dia tahu saya melakukan penelitian, karena masuk ke grup-grup lalu semua di-add terus random,” ungkapnya.
Terkait peristiwa tersebut, IA kemudian memposting di media sosial Facebooknya. BA lantas meminta seseorang untuk menghubungi IA guna meminta maaf.
“Karena sudah saya blokir, dia meminta seseorang untuk menghubungi saya sebagai mediasi mau meminta maaf. Karena sejak tulisan saya viral, dia ditekan sana sini,” tegasnya.
Sebelum bertemu, IA meminta agar BA menyampaikan permohonan maaf lewat media sosial kepada semua korban. Waktu itu BA sudah menyampaikan permintaan maaf. Hanya saja masih berkilah jika yang dilakukannya adalah penelitian.
“Saya dan kawan-kawan tidak sreg dengan permintaan maaf itu. Akhirnya waktu kemarin bertemu, dia mengakui bahwa dia menghubungi banyak perempuan dengan modus penelitian, konsultasi, ada yang curhat keluarga itu hanya untuk memuaskan fantasi bercerita seksual swinger membuat dia merasa puas, intinya seperti itu,” bebernya.
Korban lainnya, ID mengatakan, masih memikirkan untuk mengambil langkah hukum. Sebab saat ini hukum di Indonesia masih belum berpihak kepada penyintas.
“Sejauh ini kita konsennya masih agar tidak jatuh korban lain, kemarin pelaku menyampaikan permintaan maaf terbuka seperti itu,” ujarnya.
Dikatakannya, saat ini masih berkoordinasi dengan para korban lainnya. Sebab, komunitas yang menjadi target banyak dengan berbagai modus.
“Kami masih berkoordinasi dengan korban yang lain, kami masih terus mencari apakah ada yang lebih berat, atau ada korban yang trauma dan butuh dibantu, karena bicara pun tak mudah. Menyimpan trauma nggak mudah,” tuturnya.
Selain itu, saat ini dirinya juga masih terus mengumpulkan bukti-bukti dari para korban.
“Saya juga masih mengumpulkan bukti-bukti chat, karena kejadian ada yang lama, ada yang baru, ada yang masih nyimpan, ada yang sudah nggak ada,” ucapnya.
Saat melakukan pertemuan dengan BA, lanjutnya, ID sempat bertanya berapa yang sudah dijadikan objek. Waktu itu BA menjawab jika jumlahnya banyak sampai tidak bisa mengingat jumlahnya.
“Kira-kira berapa? Dia bilang seminggu biasanya ada yang baru, dia ngomong sendiri. Kalau seminggu ada satu, dalam satu tahun kan ada 52 bulan, ini kan dari 2014,” bebernya.
Ada 50 Laporan
Menurut IA, sejak postingannya di akun Facebooknya viral, sampai saat ini sebanyak 50 laporan korban yang masuk. Korban kebanyakan dihubungi oleh BA melalui chat media sosial, atau telepon.
“Ada yang lewat Facebook Messenger, ada yang lewat komen dan kami konfirmasi apakah sama ini orangnya dan sebagainya. Pendataan masih, kayaknya bertambah pada bilang, Mbak saya dihubungi ini, dengan berbagai modus,” jelasnya.
IA menyebutkan, dari laporan yang masuk BA sudah pernah berurusan dengan hukum pada tahun 2004. Ia melakukan pelecehan seksual secara fisik di Balairung UGM.
“Itu korban menghubungi saya langsung dan itu cukup ramai katanya dulu. Dan BA mengakui itu,” ungkapnya.
Korban memposting terkait peristiwa pelecehan seksual ini untuk efek jera. Agar BA tidak kembali melakukan hal serupa.
“Dia kan lolos di mana-mana, bisa bekerja di institusi A, institusi B yang itu institusi yang baik dan terhormat. Kan karena tidak tahu punya latar belakang yang seperti ini, dia punya riwayat penyerangan secara fisik yang seksual itu kan berbahaya juga berpotensi melakukan pelecehan seksual lagi ke depan dan menjadi orang tahu ini lho,” urainya.
Berbagai Modus
Modus yang dilakukan oleh BA bermacam-macam, mulai dari curhat tentang istrinya hingga melakukan penelitian. Bahkan, menyamar sebagai istrinya dengan modus curhat diajak swinger.
“Saya dapat screenshot tadi malam ada sekitar 30-an screenshot, isinya detail dan vulgar kayak novel biru begitu. Dia memang menikmati menceritakan pada orang, dia menyalahgunakan rasa iba perempuan, perempuan dicurhati seperti itu kan kasihan, muncul rasa empati,” tegasnya.
Menurutnya BA sempat berkomunikasi dengannya. Saat itu, dirinya tidak ada pikiran buruk terhadap BA. Namun menjadi aneh ketika BA mengatakan untuk menyelami jaringan swinger harus melakukan kegiatan itu.
“Saya bilang peneliti tidak harus melakukan seperti apa yang diteliti, meneliti pembunuh ya tidak harus jadi pembunuh. Dari situ kan sudah aneh,” tandasnya.
Disebutkannya, korban akibat ulah BA mayoritas alumni UGM, mulai dari alumni Fakultas Hukum, Fakultas Psikologi, dan Fakultas Fisipol.
“Yang lain saya tidak tahu, tetapi dari 50 yang teridentifikasi itu UGM semua,” ujarnya
Catut Universitas
Sementara itu, saat dikonfirmasi, Rektor UNU, Purwo Santoso, menegaskan, BA telah mencatut nama universitas yang dipimpinya.
“Yang saya perlu klarifikasi, dia memang mencatut sebagaimana pernyataan di video. Dia telah mencatut NU dan UGM,” tandasnya.
Diakuinya, dirinya mengenal BA sejak mengambil S2 di UGM. BA tidak terdaftar sebagai dosen di UNU. BA sebatas pengajar tamu di kampusnya. Namun sudah sejak lama tidak lagi beraktivitas di UNU.
Terkait pencatutan nama, Purwo mengatakan, belum memutuskan mengenai langkah hukumnya. Namun, dia menghargai BA menyampaikan permintaan maaf.
“Soal pencatutan dan masalah hukumnya kami masih belum punya keputusan,” ungkapnya.
Sementara Kabag Humas dan Protokol UGM, Iva Ariani, menyayangkan peristiwa tersebut. UGM mengecam segala bentuk tindak pelecehan dan kekerasan seksual apapun bentuknya.
“Pimpinan UGM melakukan pendataan dan mempelajari kasus tersebut. UGM siap support sivitas akademika UGM yang menjadi penyintas dan memerlukan dukungan dalam bentuk apa pun,” kata Iva.
Kabid Humas Polda DI Yogyakarta, Kombes Pol Yuliyanto, mengatakan sampai saat ini belum ada laporan terkait peristiwa tersebut.
“Kurun waktu tiga hari ini belum ada laporan. Korban silakan melapor ke kantor polisi terdekat, kalaupun tipe A tetap ada pengaduan ke kami,” jelasnya. (des)***
Sumber: Kompas.com