DIDIKPOS.COM – Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) memberi sejumlah saran terkait rencana Kemendikbud menyederhanakan kurikulum pendidikan, khususnya mata pelajaran sejarah, yang heboh beberapa hari belakangan.
Komisioner KPAI Bidang pendidikan, Retno Listyarti, mengatakan, sebagai mantan guru PPKn yang pernah mengajar selama 24 tahun, ia menilai memang ada muatan-muatan kurikulum sejarah dan materi pelajaran sejarah yang harus diperbaiki. Begitupun metode pembelajaran sejarahnya.
Lanjut Retno, untuk yang pertama, kurikulum sejarah Indonesia didominasi oleh sejarah perang dan kekerasan. Mulai dari Perang Bubat, Perang Diponegoro, Perang Padri, Perang Jawa, hingga perebutan tahta Singosari Ken Arok.
“Materi ini dapat diperbaiki agar generasi muda tidak salah menafsir. Saya khawatir anak-anak akan berpikir bahwa sejarah Indonesia penuh kekerasan sehingga nantinya dicontoh oleh generasi berikutnya,” kata Retno, dalam siara pers, Minggu (20/9/2020).
“Pembelajaran sejarah sejatinya dapat menjadi instrumen strategis untuk membentuk identitas dan karakter generasi muda sebagai penerus bangsa. Dikhawatirkan generasi mudanya akan menyelesaikan masalah dengan kekerasan bukan dengan dialog,” tambah Retno.
Untuk yang kedua, Retno menyoroti kurikulum sejarah yang didominasi oleh sejarah Jawa dan kurang memberikan tempat sejarah wilayah lain. Alhasil anak Papua, anak Aceh, anak Kalimantan, anak Sulawesi, anak Sumatera, dan yang lainnya belajarnya sejarah Jawa. Padahal daerah-daerah itu juga memiliki sejarah yang layak dipelajari anak bangsa ini.
“Yang ketiga, pembelajaran sejarah oleh para guru masih cenderung hafalan. Seharusnya, guru mengajarkan pemaknaan dan esensi nilai-nilai apa saja dari suatu peristiwa sejarah tersebut bagi perjalanan bangsa dan bagaimana peristiwa buruk bisa menjadi pembelajaran yang tidak boleh terulang di kemudian hari,” pungkas Retno. (des)***