DIDIKPOS.COM – Kecanduan handphone pada anak di Jawa Barat kian hari kian memprihatinkan. Berdasarkan data di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Provinsi Jawa Barat, selama 2020 terdapat delapan pasien anak dan remaja yang dirawat jalan karena kecanduan game.
Namun, memasuki tahun 2021, jumlah anak yang kecanduan handphone tambah banyak. Pada Januari dan Februari 2021, sudah ada lima pasien gangguan jiwa serupa yang dirawat di RSJ Jabar.
Saat menjenguk ratusan pasien anak kecanduan handphone di RSJ Jabar, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (16/3/2021), Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum, menuturkan, sebagian anak dan remaja yang kecanduan gadget ini, awalnya mengalami gangguan stres, mengurung diri, tidak punya teman, kemudian saat memegang handphone langsung kecanduan.
Di antara yang kecanduan handphone ini ada yang sampai melakukan tindakan kekerasan dan emosional setelah dipisahkan dengan handphone-nya. Bahkan, ada yang mengalami kekurangan gizi atau penyakit lainnya akibat kesehatannya terganggu.
“Kemudian bisa juga karena mereka punya komorbid, penyebab lainnya, kemudian pegang handphone dan akhirnya kelamaan pegang handphone, mereka stres dan tidak suka kalau mereka dilepaskan dari handphone-nya,” kata Uu.
Uu menuturkan, Pemprov Jabar memandang ini masalah serius dan perlu dicegah sejak dini. Ia meminta, orang tua membatasi interaksi anak-anaknya dengan handphone. Kecuali untuk pembelajaran daring, penggunaan handphone oleh anak perlu diawasi ketat.
Program Setangkai
Dikatakan Uu, Pemprov Jabar akan mengadakan program Sekolah Tanpa Gangguan Kendali Gawai (Setangkai) sebagai salah satu upaya Pemprov Jabar dalam mencegah kecanduan handphone.
“Setangkai akan segera digelar melalui media daring yang dapat diakses para orang tua di Jawa Barat. Sekolah online tersebut akan diisi oleh narasumber dan pakar kejiwaan. Kami akan mengundang minimal mungkin dengan zoom meeting, sekitar 1.000 orang yang mengurusi tentang anak-anak,” katanya.
“Sehingga nanti diberi arahan oleh para dokter, sehingga masyarakat tidak membiarkan anak terlalu lama dengan handphone, dengan alasan orang tua sibuk dan orang tua pusing atau tidak mau anak rewel. Lebih dari enam jam per hari main handphone ini berbahaya,” pungkas Uu.
Kepala Bidang Perlindungan Perempuan dan Anak, Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Jabar, Ema Kusuma, mengatakan, pihaknya sedang memantapkan konsep Setangkai.
“Program Setangkai akan diluncurkan pada Mei 2021. Sebagai langkah awal, akan mengadakan diseminasi secara daring yang dengan target 1.000 orang peserta terkait pengenalan program Setangkai kepada guru, orang tua, dan anak pada Selasa pekan depan,” sebutnya. (haf)***