News  

Tradisi Ngalaksa di Cipasung Majalengka Eksis sampai Kini, Bertahan 315 Tahun

Share

DIDIKPOS.COM – Desa Cipasung, Kecamatan Lemahsugih, Kabupaten Majalengka Jawa Barat, melaksanakan prosesi tradisi ngalaksa yang kini sudah berusia 315 tahun.

‎Acara tradisi yang pelaksanaannya sudah turun-temurun ini, diharapkan bisa terus lestari. Sehingga, generasi milenial juga dapat mengetahui dan memahami pentingnya tradisi adat lokalitas.

Ngalaksa sendiri merupakan ungkapan rasa syukur kepada Sang Pencipta, atas hasil panen yang melimpah. Syukuran ini bertujuan sebagai salah satu penghormataan terhadap leluhur Desa Cipasung.

Prosesi Ngalaksa ini kerap diperingati pada bulan Muharram. Acara adat ini dipusatkan di pinggir Situ Cikencong, Desa Cipasung.

Kepala Desa Cipasung, Cecep Koswara, mengatakan, seluruh aparatur desa, sesepuh, para tokoh, masyarakat, dan tamu undangan kumpul di Situ Cikencong dengan membawa Baliung. Baliung ini diangkut menggunakan dongdang. Masyarakat juga membawa makanan dari rumahnya masing-masing.

“Sebelum acara Ngalaksa dimulai, semua yang hadir berdoa bersama untuk mendoakan ahli kubur leluhurnya. Setelah itu Ngalaksa dilakukan secara gotong royong antara pemerintah desa dengan masyarakat,” ungkapnya, baru-baru ini.

Cecep menambahkan, ‎proses Ngalaksa dilakukan dengan cara digencet menggunakan cacadan oleh pihak desa dan masyarakat.

“Setelah digencet sekuat tenaga sampai berkeringat, akan keluar laksa, yang nantinya, akan dibagikan dan dimakan bersama,” jelasnya.

Cecep berharap, setiap tahun, bertepatan dengan bulan Muhharam, ucapan rasa syukur atas hasil panen tersebut tetap dilakukan. Hal ini sebagai upaya memelihara tradisi dan budaya Ngalaksa yang ada di desanya, agar bisa terjaga dan diteruskan sampai anak cucu.

“Jangan sampai tradisi yang sudah ada dan biasa dilakukan setiap tahun ini, pudar dan tidak dijalankan.‎ Anak-anak muda harus tahu dan memahaminya,” ungkapnya.

Camat Lemahsugih, Deden Supriatna, mengapresiasi kegiatan yang telah rutin dilakukan setiap tahun oleh warga Desa Cipasung ini. Tradisi ini harus terus dilestarikan.

“Adat dan budayanya serta masyarakatnya di sini masih kompak. Selain itu, Lemahsugih juga sedang mengembangkan wisata religi. Di sini banyak situs yang katanya peninggalan zaman megalitikum, zaman batu, dan zaman Prabu Siliwangi,” ungkapnya.

Deden menambahkan, tradisi Ngalaksa ‎yang ke-315 tahun di Desa Cipasung harus tetap dilestarikan. Pihaknya akan segera ‎melaporkan dan berkordinasi dengan Pemerintah Kabupaten Majalengka.

‎Deden juga memuji kekompakan ‎Karang Taruna Lemahsugih, serta berpesan agar selalu tetap menghormati masyarakat yang sudah sepuh.

“Sebagai regenerasi, mereka selalu bergerak ketika ada kegiatan apa pun. Ini menjadikan langkah yang bagus untuk para pemuda ke depannya,” tandasnya. (rik)***