Oleh Mudji Hartono
KAMPUNG halaman adalah sebuah tempat di mana kita dilahirkan ke dunia fana dan kemudian tumbuh kembang di sana.
Suasana kampung halaman salah satu aspek terpenting dalam pertumbuhan jiwa dan raga kita. Sosiologi masyarakat pada akhirnya memengaruhi cara kita berpikir di kemudahan hari.
Proses pendidikan diawali dari jenjang Taman Kanak-kanak hingga SMA biasanya masih di kabupaten yang sama.
Setelah memasuki perguruan tinggi biasanya sudah pindah kota atau kabupaten kecuali yang kebetulan daerahnya sudah memiliki perguruan tinggi.
Bagi yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi kebanyakan hijrah ke kota lain untuk mencari pekerjaan.
Pada fase ini perantauan dimulai baik yang melanjutkan ke perguruan tinggi atau yang memasuki dunia kerja.
Dinamika di perantauan yang tidak mudah membuatnya harus bekerja keras untuk mewujudkan cita-citanya. Dimulai dari mencari pekerjaan yang dihadapkan pada persaingan. Begitupun dengan yang melanjutkan ke perguruan tinggi.
Di akhir Ramadhan para perantau mempersiapkan diri untuk mudik atau pulang kampung. Untuk bersilaturahmi dan mengobati kerinduan kepada famili, rekan sejawat, serta suasana kampung halaman.
Ada energi yang luar biasa yang kita peroleh saat pulang kampung,seperti energi spiritual yang dalam dan melankolis.
Beberapa hal itu antara lain:
– Kekuatan batin meningkat lagi yang sangat penting untuk bekal merantau selanjutnya.
– Semangat untuk berhasil dan mengubah keadaan agar lebih baik lagi.
– Menguatkan niat saat kembali ke kota dalam mencapai cita-citanya.
– Kebahagiaan dan ketenangan batin setelah di kota sibuk dengan perjuangannya.
Beberapa hal di atas yang membuat para perantau selalu ingin kembali pulang kampung atau mudik saat lebaran tiba dan menjadi siklus tahunan.
Lebaran besok para perantau tidak dapat mudik seperti tahun-tahun sebelumnya. Pandemi membuat keadaan berubah drastis dan mengubah siklus ritual mudik saat lebaran tiba. Mau tidak mau silaturahmi dengan keluarga di kampung menggunakan alat telekomunikasi, misalnya telepon pintar dengan video call dan lain sebagainya.
Semoga tidak mengurangi makna silaturahmi dan masih mendapatkan sesuatu yang luar biasa seperti saat pulang kampung.
Dan bagi umat muslim tentu kampung halaman hakiki bukan tempat di mana kita dilahirkan di dunia tetapi di akhiratlah kampung sejatinya.
Seperti firman Allah SWT dalam Al Qur an
– Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka [468]. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya? (QS Al-An’am: 32)
– Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya diantara penduduk negeri. Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul) dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memikirkannya? (QS Yusuf: 109)
Sudahkah kita mempersiapkan bekal untuk menuju kampung halaman sejati?***
Penulis adalah mahasiwa Jurusan BK IKIP Siliwangi.