DIDIKPOS.COM – Bupati Pangandaran, H. Jeje Wiradinata menyampaikan terima kasih kepada Kementerian Sosial (Kemensos) dan seluruh anggota Taruna Siaga Bencana (Tagana) yang telah mengadakan Jambore dan Hari Ulang Tahun Tagana ke-17 Tingkat Nasional di Kabupaten Pangandaran.
“Sebagai daerah otonomi baru, sebagai daerah yang indek kebencanaannya tinggi, tentu hari ini saya mengucapkan terima kasih atas kehadirannya Bapa/Ibu di Kabupaten Pangandaran,” kata Bupati, Menteri Sosial Tri Rismaharini dan Bupati Pangandaran Jeje Wiradinata, saat menghadiri Jambore dan HUT ke-17 Tagana Tingkat Nasional, di Pangandaran, Selasa (30/3/2021).
Kegiatan ini dihadiri Menteri Sosial Republik Indonesia Tri Rismaharini, Dirjen Perlindungan dan Jaminan Sosial Kemensos Pepen, Staf Khusus Kementerian, Kepala Dinas Sosial Provinsi Jawa Barat, Susi Pudjiastusti, Wakil Bupati Pangandaran, Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Pangandaran, dan Forkopimda Kabupaten Pangandaran.
Lanjut Bupati, digelarnya Jambore dan HUT ke-17 Tingkat Nasional Tagana di Kabupaten Pangandaran merupakan satu kehormatan dan kebanggaan bagi warga Pangandaran sekaligus menjadi motivasi untuk memantapkan pembangunan.
Menurutnya, ia bersama seluruh jajaran pemerintah dan stake holder terkait kebencanaan akan terus berupaya membangun kelembagaan dan memberikan sosialisasi tentang kebencanaan kepada masyarakat.
“Ini menjadi motivasi bagi kami untuk memantapkan kelembagaan kebencanaan di Kabupaten Pangandaran sampai dengan tingkat desa,” ujarnya.
Kabupaten Pangandaran sendiri mempunyai garis pantai 91 km yang berada di 6 kecamatan. Gambaran topograpi Kabupaten Pangandaran terletak pada lahan dengan keadaan morfologi datar bergelombang sampai pegunungan dengan ketinggian bervariasi antara 0 – 2000 m di atas permukaan laut.
Pada tahun 2019 Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) Kabupaten Pangandaran menempati urutan ke-16 dari 514 Kabupaten/Kota se-Indonesia dan menempati urutan ke- 5 di Provinsi Jawa Barat.
Sementara itu, Menteri Sosial, Tri Rismaharini, menuturkan, keberadaan Tagana yang dalam bekerja menolong masyarakat selalu tanpa pamrih.
“Pertama kali, saya menjadi saksi bagaimana para Tagana di berbagai daerah menjadi orang yang pertama saat terjadi bencana. Mereka bekerja dalam sepi, tidak ada orang yang meliput, tidak ada yang tau siapa yang bekerja. Tagana seolah tidak ada, tapi Tagana hadir nyata di masyarakat”, ujarnya
Dikatakan Mensos, pihaknya akan mendorong kearifan lokal untuk menjadi salah satu cara menangani dalam kebencanaan.
“Jadi sekarang kita mulai dorong untuk kearifan lokal. Ternyata dengan kearifan lokal banyak contoh bisa menyelamatkan warga dari bencana kematian atau luka diakibatkan bencana. Kemudian ada pelibatan anak-anak sekolah. Jadi mulai kecil mereka diajarkan kalau terjadi bencana sehingga akan membekas sampai mereka dewasa,” jelasnya. (des)***