DIDIKPOS.COM – Ikatan Guru Indonesia (IGI) mengadakan survei kepada para guru dalam menilai kinerja Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Makarim. Hasilnya, guru menilai kinerja Mendikbud selama sembilan bulan memimpin Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) biasa saja. Itu di luar ekspektasi guru.
“Sejauh ini Pak Nadiem baru bekerja dalam tataran konsep. Saya curiga bukan kepalanya Pak Nadiem yang bergerak di Kemendikbud. Bukan prototipe beliau. (Sejauh ini) belum ada gebrakan implementasi,” kata Ketua Umum IGI, Ramli Rahim, dalam Webinar yang dihelat Pustakapedia, Jumat (10/7/72020), dikutip jpnn.com.
Ramli mengungkapkan, faktor usia muda, kesuksesan di Gojek, dan tingkat pemahaman akan teknologi tinggi yang dimiliki Nadiem seolah tak berarti saat Nadiem menjabat sebagai Mendikbud.
“Jujur saja, saat Nadiem ditunjuk menjadi menteri, IGI menaruh banyak harapan. Apalagi ia sosok muda yang diharapkan bertindak progresif. Selain itu, ia adalah anak muda yang sukses. Juga, angkatan milenial yang sangat memahami teknologi. Tadinya kita berharap profil menteri ini dapat menciptakan hal yang berbeda,” kata Ramli
Dikatakannya, kinerja yang dilakukan Mendikbud di luar ekspektasi guru. soal program guru penggerak misalnya, yang ditargetkan sejumlah 4,5 juta guru mengikuti progam ini, hanya 10 ribu guru sebagai penggerak. Padahal, pada 2024 nanti banyak guru senior yang akan tiba masa pensiunnya.
“Belum lagi janji kepada guru penggerak yang akan dijadikan sebagai kepala sekolah. Padahal hal ini bukanlah wewenang kementerian. Kalau pun bisa, bagaimana kementerian mengontrolnya,” katanya.
Ramli juga menyinggung program Merdeka Belajar yang diusung Nadiem sebagai program lama, dan sejauh ini belum dilaksanakan dalam arti yang sesungguhnya.
“Merdeka dalam belajar ini bukan hal baru. Sejauh mana harapan ini terwujud? Sejauh ini, masih slogan dan gimmick. Karena implementasinya tidak maksimal, padahal kami menunggu. Lebih dari 60% guru tidak bisa menggunakan teknologi. Bayangkan, menggunakan saja tidak bisa,” kata Ramli.
Ia menambahkan, sistem belajar yang ditawarkan Kemendikbud selama masa pandemi Covid-19 juga tidak jelas. Menurutnya, tidak ada sistem belajar yang jelas sehingga banyak guru yang kebingungan harus melakukan apa.
“Di masa pandemi, bukan merdeka belajar yang terjadi, tapi sistem belajar terserah. Karena tidak ada gerakan serius dari kementerian. Kami saja dari IGI melakukan gerakan pelatihan pembelajaran jarak jauh. Lalu, kami meminta acuan dasar. Karena tanpa acuan dasar ini kemudian murid dan guru jadi stres,” pungkas Ramli. (hfa)***