DIDIKPOS.COM – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Kebudayaan, melakukan terobosan baru dengan peluncuran Program Rekam Pandemi.
Program itu sebagai upaya pendokumentasian arsip kemanusiaan berbasis karya film dokumenter di masa pandemi Covid-19, bekerja sama dengan Asosiasi Dokumenteris Nasional (ADN). Peserta program sebanyak 300 anggota ADN yang tersebar di 32 wilayah Indonesia.
Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, mengapresiasi langkah cepat pendokumentasian perubahan sosial dan budaya yang terjadi di masyarakat akibat pandemi.
“Kita ingin menyampaikan ini salah satu bukti bahwa Covid-19 serius membawa dampak yang sangat besar, tapi tidak menghentikan untuk tetap berkarya. Ini adalah bukti kuat tetap bisa berkontribusi melalui karya,” ujar Dirjen Kebudayaan dalam taklimat media Program Rekam Pandemi melalui daring, baru-baru ini, seperti dikutip laman Dirjen Kebudayaan Kemendikbud .
Ketua Asosiasi Dokumenteris Nasional, Tonny Trimarsanto mengatakan, program Rekam Pandemi dapat menjadi titik balik masyarakat sebagai langkah yang baik untuk melakukan pendokumentasian.
“Karena selama ini yang lemah dari kita ialah kesadaran melakukan dokumentasi. Pola pengarsipan dan manajemen ini yang penting kita lakukan. Pola untuk merekam dan menjadikannya satu tentunya untuk memberikan pengalaman dan inspirasi. Paling tidak punya nilai penting bagi masyarakat,” tambahnya.
Program Rekam Pandemi berisikan 300 film dokumenter yang diabadikan langsung oleh para anggota ADN dari Aceh hingga Papua. Di dalamnya berisikan kisah sosial-budaya masyarakat menghadapi pandemi global.
Program ini terbagi dalam delapan tema, yang mewakili beragam bentuk persoalan yang ada dalam masyarakat, akibat Pandemi Covid 19 ini. Tema tersebut antara lain: Belajar dari Rumah, Religi dan Mitos, Lebaran Masa Pandemi, Usaha Mandiri, Isu lingkungan, Gotong Royong, Kreativitas Masa Pandemi, dan Perubahan Perilaku Keluarga.
Salah satu karya yang berhasil didokumentasikan ialah kisah masyarakat di Samarinda yang terpaksa harus meniadakan tradisi berbuka puasa bersama yang sudah berlangsung sekitar 150 tahun.
“Selama hampir 150 tahun mengadakan buka puasa bersama dengan menu khas bubur, tapi baru tahun ini tidak dilaksanakan. Sangat terasa perbedaannya karena di momen itulah (buka puasa) mereka bisa berkumpul bersama,” ungkap Nur Afni Oktavitrianingtyas, anggota Koordinator Daerah ADN Kalimantan Timur.
Sementara Direktur Perfilman, Musik dan Media Baru, Ahmad Mahendra mengatakan, Program Rekam Pandemi mengudara di stasiun televisi TVRI dan tayang setiap Sabtu dan Minggu pagi pukul 08.30 WIB. Program ini juga akan bersinergi dengan program Kemdikbud lainnya yakni “Belajar dari Rumah”.
“Ini sebagai langkah memaksimalkan pendidikan karakter melalui jalur kebudayaan. Diharapkan, ini juga bisa menjadi memori kolektif dan bisa diusulkan ke tingkat UNESCO. Ini sangat luar biasa. Kita sudah memulainya dengan 300 karya, negara lain mungkin belum melakukanya,” pungkasnya. (gib)***