DIDIKPOS.COM – Dinas Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga (Disbudpora) Kabupaten Ciamis meluncurkan aplikasi dan website bertajuk Galuh Virtual, baru-baru ini. Ternyata, platform yang menyajikan seluruh kebudayaan Ciamis itu dibuat oleh siswa SMK. Aplikasi dan web-nya digarap oleh Redi, siswa jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL) SMKN 1 Kawali, Ciamis.
Redi mengungkapkan, dia sangat antusias saat sekolah memilihnya membuat web dan aplikasi tersebut. Ini adalah kali pertama baginya mengerjakan proyek di luar permintaan atau tugas sekolah.
“Kalau tugas kayak gini biasanya emang dapet dari guru dan itu enggak sekali, dua kali. Jadi ketika ada proyek ini, saya sangat antusias dan senang karena bisa nambah pengalaman serta punya koneksi baru. Ini jadi pengalaman menarik dan memberi pembelajaran berharga,” ungkapnya, Jumat (24/7/2020).
Menurut Redi, saat proses pembuatan aplikasi dan web Galuh Virtual tidak menemukan hambatan berarti. Pasalnya, ilmu seputar dua hal itu telah diajarkan dengan baik oleh pihak sekolah.
“Saya bisa menyelesaikan web dan aplikasi tersebut dengan optimal. Kendati begitu, bukan berarti tidak mendapat revisi dari klien. Ini jadi pembelajaran juga, kalau apa yang saya pikirkan enggak akan selamanya sama dengan Disbudpora (klien) inginkan,” tutur siswa kelahiran Ciamis, 29 Desember 2001 itu.
Redi menambahkan sekolah sangat berperan aktif dalam proses pembuatan aplikasi dan web ini, khususnya dalam menunjang proses produksi, seperti disediakannya internet serta komputer. Bahkan, sekolah memberi pinjaman laptop agar lebih cepat meningkatkan kemampuannya.
“Sekolah juga selalu memotivasi, mem-push kalau kami bisa,” ucapnya.
Sementara Ketua Kompetensi Keahlian RPL SMKN 1 Kawali sekaligus pembina proyek, Jajat Sudrajat, menuturkan, pihaknya tidak hanya melibatkan siswa dalam proses pengerjaan. Mereka dilibatkan mulai dari perumusan, negosiasi awal, analisis data, analisis sistem, hingga peluncuran. Hal ini penting sebab memberikan pengalaman yang tidak mereka dapatkan di sekolah.
“Sekolah sudah mengajarkan hal seperti itu. Kita libatkan siswa supaya tahu prosesnya apa saja dari awal hingga akhir,” ungkapnya.
“Terutama di jurusan RPL dan programming. Ada motivasi dari kepala sekolah bahwa anak enggak cukup belajar di kelas, tapi harus terjun langsung ke lapangan. Dari sana, kita mencoba membuat sistem belajar seperti itu,” tambahnya.
Jajat menuturkan, ke depan, pihaknya akan mengoptimalkan program praktik kerja lapangan (PKL) dengan menyasar digitalisasi di lingkungan pemerintahan desa. Selain itu, SMKN 1 Kawali pun sedang merintis program pra-startup. Program tersebut mulai dikenalkan kepada siswa kelas XI. (haf)***