Wapres Resmikan Universitas Siber Asia, Pertama di Indonesia Dipimpin Rektor Asing

Share

DIDIKPOS.COM – Wakil Presiden (Wapres) Prof Dr (HC) KH Ma’ruf Amin meresmikan beroperasinya Universitas Siber Asia (Unsia) atau Asia Cyber University.

Unsia merupakan perguruan tinggi siber pertama di Indonesia. Pencetus pendirian Unsia adalah Dr Drs El Amy Bermawi Putera, MA yang juga Rektor Universitas Nasional (Unas).

Unsia dipimpin rektor Prof. Jang Youn Cho, Ph.D., CPA berasal dari Korea Selatan. Prof. Youn Cho merupakan rektor asing pertama di Indonesia. Ia mempunyai pengalaman dalam memimpin perguruan tinggi online bereputasi global.

“Selamat kepada YMIK atas berdirinya Unsia sebagai perguruan tinggi yang mengusung pembelajaran penuh secara online. Semoga peresmian ini dapat memberikan akses pendidikan tinggi yang merata dan terjangkau serta mendorong pembangunan SDM (sumber daya manusia) unggul di Indonesia,” kata Ma’ruf Amin, dalam sambutan yang dilakukan secara virtual di Jakarta, dikutip Republika.co.id, Selasa (22/9/2020).

Wapres menyebutkan, Unsia telah disiapkan dan diluncurkan pada tahun 2019 oleh Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi (Menristek Dikti) Prof Drs H Mohamad Nasir, Ak, M.Sc, Ph.D.. Kini Mohamad Nasir sebagai staf khusus Wakil Presiden Republik Indonesia. Selanjutnya Unsia mendapatkan izin operasional dari Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nabiel Anwar Makarim, pada Agustus 2020.

“Karena itu, saya menghargai upaya YMIK yang tetap berkomitmen untuk memulai operasionalisasi Universitas Siber Asia ini meskipun dunia tengah dilanda pandemi Covid- 19,” ujar Wapres Ma’ruf Amin.

Unsia, lanjut Wapres, didirikan untuk memberikan akses pendidikan tinggi yang seluas-luasnya dan terjangkau kepada masyarakat. Hal ini tentu akan memberikan dampak yang positif bagi pengembangan pendidikan di indonesia. Sebagai negara kepulauan dengan kondisi sosial ekonomi yang beragam, pendidikan melalui sistem pembelajaran daring atau e-learning dapat menjadi sebuah pilihan bagi masyarakat untuk mengakses pendidikan tinggi.

Diungkapkanya, meskipun sistem e-learning dapat menjadi alternatif sistem pembelajaran, tetapi saat ini baru sekitar 20 dari 4.771 perguruan tinggi di Indonesia yang menerapkan pembelajaran daring atau e-learning. Ia mengharapkan semakin banyak lembaga pendidikan yang membuka sistem pembelajaran daring e-learning. Sekaligus akan semakin banyak kesempatan bagi masyarakat untuk melanjutkan pendidikan tinggi.

“Sistem pembelajaran online yang dilaksanakan oleh Unviersitas Siber Asia secara tidak langsung meningkatkan penguasaan skill teknologi dan informasi bagi mahasiswanya. Hal ini sangat diperlukan karena penguasaan teknologi dan informasi menjadi syarat mutlak dalam upaya meningkatkan daya saing dan kualitas SDM,” kata Ma’ruf Amin.

Ma’ruf berpesan, Unsia dalam pelaksanaan metode e-learning jangan sampai terjadi moral harzard. Artinya menggampangkan metode pembelajaran secara daring. Tidak boleh ada alasan terhadap kualitas, baik kualitas pembelajaran maupun pengujian. Mahasiswa harus tetap bisa diuji dengan standar yang sama, dengan pembelajaran konvensional. Sehingga kualitas pembelajaran dan lulusan program studi ini tetap dapat dipertahankan bahkan ditingkatkan.

“Saya juga berpesan kepada Unsia agar membekali pendidikan karakter kebangsaan bagi para mahasiswanya. Sehingga dapat menumbuhkan rasa cinta Tanah Air; menempatkan kepentingan masyarakat sebagai yang utama tanpa memandang SARA (suku, agama, ras, antargolongan).”

Pada kesempatan sama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, menyampaikan harapannya kepada Unsia agar dapat melahirkan lulusan yang kompeten.

“Saya berharap Unsia menjadi penyelenggara pendidikan jarak jauh yang berkualitas. Tidak hanya membangun hard skills, tapi juga soft skills mahasiswanya. Itulah tantangan dari pembelajaran yang sepenuhnya daring. Yaitu, bagaimana mencetak sarjana yang kompeten dan unggul secara holistik,” tutur Nadiem.

Rektor Unsia, Prof Jang Youn Cho, mengakui merupakan suatu kehormatan baginya diberikan kepercayaan memimpin perguruan tinggi siber pertama di Indonesia. Ia menghabiskan waktu sekitar 17 tahun di Amerika Serikat. Menyelesaikan pendidikan S2 di Universitas Texas dan Florida, dan menjadi Profesor di Universitas Nebraska-Lincoln.

Selama di Amerika, lanjut Youn Cho, ia belajar banyak tentang nilai rasionalitas, profesionalisme dan standar global.

“Saya kembali ke Korea pada tahun 1997, saat krisis keuangan di Asia. Saya mengabdikan diri selama 20 tahun sebagai guru besar, dekan sekolah bisnis, dan Rektor Operasional di Universitas Cyber Hankuk,” terangnya.

Prof. Cho diminta oleh Rektor Unas El Amry Bermawi Putera dan Ketua Pengurus YMIK Ramlan Siregar untuk berkontribusi pada pendidikan tinggi dengan memberikan pendidikan berkualitas tinggi di Indonesia. Sebab, masih banyak pemuda pemudi yang tidak memiliki kesempatan untuk mengenyam pendidikan tinggi.

“Dengan menerapkan sistem dan standar mutu universitas di Korea dan Amerika, saya berharap Asian Cyber University dapat memberikan kesempatan bagi anak muda yang ingin belajar tanpa terhalang oleh jarak, waktu, dan kondisi ekonomi. Sekaligus dapat mengembangkan kerja sama negara-negara ASEAN lainnya dalam waktu dekat,” terangnya. (des)***