Oleh Agus Nurjaman, S.Pd.
PILKADA masih akan digelar bulan depan namun gaungnya sudah terasa mulai saat ini. Semua pasangan calon sudah berancang-ancang mengeluarkan jurus jitunya dalam menarik simpati masyarakat. Berbagai cara diupayakan untuk meraih dukungan sebanyak-banyaknya. Mulai dari pemasangan spanduk sampai berorasi di depan masyarakat mengumbar semua program terbaiknya. Kampanye ini menjadi agenda wajib untuk semua calon, mengingat pada kampanye inilah mereka mengaktualisasikan diri mereka kepada masyarakat sebagai penentu kemenangannya. Namun seyogyanya ajang kampanye menjadi sebuah pendewasaan masyarakat bahkan menjadi ladang amal kebaikan. Bukan saling menghujat dan menghalalkan segala cara. Dengan begitu pasti semua calon akan melakukan kampanye secara santun. Selain santun di masa pandemi ini pola kampanye harus mengikuti protokol kesehatan guna menghindari merebaknya covid-19.
Pemilihan kepala daerah (Pilkada) secara langsung yang digelar di Tanah Air sejak tahun 2005, memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk menentukan pilihannya sesuai dengan keinginan dan hati nurani mereka masing-masing. Pilkada langsung ini merupakan wujud dari pelaksanaan sistem demokrasi di Indonesia dalam rangka memilih pemimpin yang sesuai dengan kehendak dan harapan rakyat di setiap daerah. Melalui Pilkada langsung rakyat bisa memilih dan menentukan siapa yang cocok menjadi pemimpin di daerah mereka sendiri. Dalam upaya mendapatkan pemimpin yang berkualitas, masyarakat seharusnya mempelajari track record calon yang akan dipilih. Hal itu dapat dilakukan melalui pengamatan pada saat setiap calon berkampanye. Kampanye yang santun akan sangat berpengaruh pada hasil pemilihan.
Kampanye santun yang dimaksud adalah calon menjelaskan program yang rasional tidak muluk-muluk dan menjunjung adat ketimuran karena sebagai orang Indonesia yang masih menjunjung adat ketimuran sudah seharusnya seorang pemimpin mengemban perilaku santun sejak proses kampanye. Tidak menjadikan kampanye sebagai unjuk gigi bahkan terkesan arogan tapi lebih meminta kesepakatan dengan rakyat agar hidup bisa menjadi lebih baik.Tidak saling menjatuhkan dan mencurangi satu sama lainnya. Mungkin kira-kira seperti itu yang dimaksud kampanye santun. Masyarakat sudah sering dijanjikan pada saat kampanye, begitu terpilih pimpinan tersebut lupa akan janjinya itu. Masyarakat zaman sekarang sudah sangat cerdas, mereka akan memilih calon yang tidak mengumbar janji palsu dan tidak masuk akal. Taraf pendidikan juga menjadi salah satu pertimbangan bagi masyarakat pendidikan untuk menentukan pilihan. Seorang pemimpin yang berpendidikan akan berkampanye sewajarnya, rasional, dan tidak mengada-ada. Masyarakat akan menilai peminpin yang tidak banyak membual. Mereka akan memilih calon pemimpin yang santun dalam menyampaikan janji- janjinya. Dengan begitu calon pemimpin akan terlihat sangat intelektual.
Memilih pemimpin yang mengutamakan pendidikan memang menjadi sebuah keharusan. Tidak bisa dipungkiri pendidikan akan menjadi penuntun ke arah yang benar dalam melaksanakan tugasnya nanti sebagai wakil rakyat. Santun bukan berarti tidak pernah marah, sebab kemarahan adalah manusiawi. Santun memiliki integritas namun dibawakan dengan tenang serta sabar. Dengan begitu hasil pemilihan tidak perlu dicurangipun akan mendapatkan hasil yang memuaskan dan akan menghasilkan pemimpin yang hebat yang didambakan semua rakyat di daerah tersebut. Jika semua ini terpenuhi maka posisi pemimpin itu akan menjadi terhormat dan selalu dihargai oleh rakyatnya. Alhasil menjadi pemimpin yang berasal dari kalangan yang memilki tingkat intelektual tinggi sangat diharapkan bisa menyelamatkan nasib rakyatnya.***
Penulis adalah Guru Bidang Studi Bahasa Inggris di SMPN 1 Pasirjambu Kabupaten Bandung.
Redaksi didikpos.com menerima tulisan dari pembaca berupa artikel, feature, essay. Tulisan dikirimkan melalui email: didikposmedia@gmail.com.