DIDIKPOS.COM – Dirjen Pendidikan Islam (Pendis) Kementerian Agama (Kemenag), Prof Dr. H. Muhammad Ali Ramdhani, S.TP., MT., menegaskan, sekalipun dalam kondisi pandemi Covid-19, dakwah Islam tidak boleh berhenti demi membangun peradaban yang lebih maju.
“Dakwah dengan penggunaan teknologi dianggap sebagai solusi bagi masyarakat semua. Mengapa? Karena dengan media teknologi, kita bisa tetap produktif menjalankan dakwah tanpa harus bertatap muka secara langsung. Hal ini menjadi sesuatu yang paling impresif dengan memberikan jalur-jalur menebar kebaikan dengan media teknologi,” kata Dhani, sapaan Muhammad Ali Ramdhani, saat menjadi keynote speech sekaligus membuka webinar nasional bertema “Dakwah yang Memberdayakan di Masa Pandemi Covid-19”, Selasa (1/12/2020).
Webinar nasional ini diselenggarakan oleh Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam (PMI) Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung bekerja sama dengan Perkumpulan Pengembangan Masyarakat Islam (P2MI). Kegiatan dilakukan secara virtual melalui zoom meeting dan disiarkan secara langsung melalui akun youtube prodi PMI.
Menurut Dhani, aspek yang harus menjadi fokus dalam proses dakwah masa kini, yaitu konten dan media dakwah.
Konten yang menyediakan ruang kemanusiaan yang penuh dengan nuansa keagamaan dan dakwah dengan menitikberatkan pada hal-hal yang baik.
“Hal itu penting mendapat tekanan, karena tidak mungkin sebuah kebaikan akan menjadi kebaikan, jika tidak disampaikan dengan cara-cara yang baik. Aspek-aspek kesehatan di era pandemi Covid-19 juga layak mendapat perhatian, ini sesuai dengan maqashid syariah,” terangnya.
Narasumber lainnya, Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren (Pontren), Dr. Waryono Abdul Ghofur, menuturkan, ada tiga poin besar dalam melaksanakan ajaran Islam Rahman dalam berdakwah.
“Pertama, Dakwah Islam sebagai layanan sosial bagi penyelesaian hidup. Kedua, terlibat aktif dalam menyelesaikan persoalan masyarakat. Dan ketiga, sebagai pemecah masalah, bukan malah membuat masalah,” tuturnya.
Sementara Ketua P2MI Rosita Tandos, M.Ag., MA., M.ComDev., Ph.D., yang membahas topik Profesi PMI dan Perannya dalam Menangani Covid-19 menuturkan, PMI bukan hanya lahir dan merumuskan teori pemberdayaan masyarakat.
“Juga disertai dengan action yang disertai dengan sinergitas semua pihak dalam menyelesaikan problem masyarakat dengan beberapa model seperti awareness, capacity to fulfil daily needs, collective responsibility and success, dan sustainability,” ucapnya.
Pemberdayaaan Masyarakat
Pada kesempatan sama Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Bandung, Dr. H. Ahmad Sarbini, M.Pd., menegaskan inti pemaparannya pada aktivitas dakwah sebagai gerakan pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan daya atau kekuatan yang ada pada masyarakat.
Caranya, kata Sarbini, dengan memberikan dorongan peluang dan kesempatan bagi masyarakat untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya, sehingga kekuaan dan kemampuannya meningkat secara optimal.
“Hal tersebut juga harus diiringi dengan kualitas etik moral dan spiritual, sehingga kemajuan yang dicapai masyarakat disertai dengan akidah yang kuat dan akhlak yang mulia,” cetusnya.
Ketua Prodi PMI UIN Bandung, Dr. Asep Shodiqin, M.Ag., mengatakan, dakwah pada intinya adalah menekankan tercapainya kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat yang salah satunya menjadi pokok utama kajian jurusan PMI di UIN Bandung.
“Dakwah pemberdayaan menjadi penting dilakukan dalam kerangka membantu masyarakat untuk dapat hidup berbahagia di dunia disertai menyiapkan bekal di akhirat,” pungkasnya.
Webinar ini diikuti 412 peserta dari seluruh penjuru Indonesia dengan berbagai profesi. Bukan hanya mahasiswa, dan akademisi, tetapi juga para praktisi dakwah dan fasilitator masyarakat. (des)***