DIDIKPOS.COM – Direktorat Pendidikan Islam Kementerian Agama (Kemenag) menargetkan sebanyak 500 ribu siswa madrasah akan mendapat akses pembelajaran digital dengan teknologi terkini pada tahun ini.
“Kemenag juga telah meneken kerjasama dengan Alef Education, sebuah lembaga yang berbasis di Uni Emirat Arab. Kerjasama ini mencakup program pengadaan alat belajar digital serta teknik dan materi yang mendukungnya. Dalam kesepakatan ini, 500 ribu siswa madrasah akan mendapatkan akses platform pembelajaran digital dengan teknologi terkini,” kata Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Muhammad Ali Ramdhani dalam Konsinyering Program Madrasah Reform Realizing Education’s Promise dan Madrasah Education Quality Reform (REP-MEQR) di Jakarta, Sabtu (20/2/2021).
REP-MEQR merupakan kerjasama antara Kemenag dan Bank Dunia. Ini merupakan program modernisasi tata kelola penyelengaraan pendidikan dasar dan menengah di Kemenag. Pelaksanaan proyek didanai oleh Bank Dunia dengan anggaran mencapai Rp 3,75 Triliun (US$ 250 juta).
Menurut Dhani, sapaan Muhammad Ali Ramdhani, reformasi madrasah harus menyentuh seluruh lapisan masyarakat sampai ke pelosok. Reformasi ini bukan berarti mendidik siswa menjadi seorang programer, namun mendidik siswa memiliki cara berpikir komputasi.
“Saat ini sistem sudah diciptakan dengan sangat bagus namun harus didorong dengan digital culture,” jelasnya.
Digitalisasi pendidikan madrasah, lanjutnya, akan dilakukan secara bertahap. Pada tahap awal, program itu baru akan menyentuh madrasah negeri. Hal itu diharapkan dapat mendongkrak performa madrasah sebagai lembaga pendidikan berdaya saing tinggi.
Dhani menuturkan, saat ini masih terdapat beberapa kendala implementasi program digitalisasi madrasah, terutama di daerah pelosok. Sebab, masih ada ribuan madrasah di daerah terpencil yang belum teraliri listrik. Bahkan, banyak juga madrasah yang berada pada blank spot jaringan internet. Tentu di daerah-daerah tersebut juga masih terdapat guru-guru yang belum akrab dengan teknologi informasi terbaru.
“Persoalan ini tentu saja menjadi masalah mendasar bagi program digitalisasi madrasah. Untuk mengubah madrasah biasa menjadi digital, sumber listrik dan jaringan internet menjadi hal yang paling dibutuhkan,” ujarnya.
Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Kemenag, Muhammad Zain menambahkan, semua perangkat teknologi diterapkan untuk memuat transformasi ilmu di madrasah menjadi optimal.
“Tugas guru itu membuat anak didiknya ketagihan belajar. Teknologi diharapkan dapat mendukung ide ini,” katanya.
Berbagai upaya memodernisasi madrasah, katanya, masih terkait dengan ide besar membangun tiga kompetensi siswa terkait pendidikan agama Islam. Yaitu, pemahaman komprehensif tentang Islam sendiri (personal competence), pemahaman tentang agama lain (cooperative competence), dan kemampuan mencari titik temu dengan orang lain (collaborative competence). (des)***