Kelembutan Hati Hadapi Corona

Share

Yats Surya Alsun

BUKAN uji tanding atau ajang adu jotos seperti liga biasanya. Pergulatan kali ini tanpa tenaga terkuras, melainkan kelembutan hati yang diperlukan.

Merawat diri sepenuh hati lalu berdoa kepada Illahi. Cuci tangan dan tetaplah di rumah walau kadang selalu banyak tanya. Mengapa berat ujian ini?

Gagal UN. Bukan tidak lulus pembelajaran di sekolah. Bukan pula tidak ingin bercanda ria di depan kelas bersama Ibu-Bapak Guru. Kita kini belajar mencintai rumah sendiri. Belajar lokal area selama lockdown.

Teman jauh patut bersyukur, rekan dekat tetap jaga jarak. Semua demi kemenangan kita sebagai umat melawan Corona. Berperang menghadapi lawan yang satu ini menantang adrenaline yang tinggi. Viruspun bertugas untuk menantang kekuatan kita. Mencoba tetap sportif tanpa ragu.

Mari tunjukkan bahwa kita kuat, menang, namun bertanding secara konsisten. Keyakinan kepada Tuhan akan melumpuhkan kekuatan virus yang kita hadapi.

Indera kita kompak, kokoh, dan terus maju melawan musuh. Gaya menyerang sebagai khas optimisme dalam bermain. Cantik bertanding akan meraih angka telak.

Bukan Liga tapi sebuah lockdown, diam di rumah aja.

Semangat Berbagi

Lalu, di tengah rasa was-was terhadap Corona, media sosial kian hari kian ramai dalam semangat berbagi. Relawan muncul di penjuru negeri hingga desa nun jauh di sana. Toleransi antarkita tumbuh subur. Penanganan pandemi Corona secara serempak ditanggulangi. Seluruh warga tergerak bergandeng tangan.

Semburat sinar matahari pagi tak luput dari pemanfaatan masyarakat. Mereka yakin panas matahari lebih menyegarkan badan agar terus kuat.

Tak ubahnya kegiatan positif lain, maka berjemur menjadi trend di bulan ini. Lapang, halaman, hingga atap rumah dijadikan tempat menghangatkan badan.

Penyemprotan, pendataan, saling kirim keperluan kini terus berlangsung. Siang dan malam selalu siaga. Kota mati kampungpun sunyi. Tanpa ragu semua warga memohon agar Tuhan mengabulkan doa.

Sementara angin Ramadan mulai terasa. Mudah-mudahan doa kita terkabulkan. Sucinya hati menjadi saksi di bulan depan saat Ramadan tiba. Mari berbagi agar umat sama-sama merasa nikmat, adil, dan sejahtera.

Sungguh berbahagia kala kita mampu mambantu. Syukur kita saat bisa membahagiakan sesama.

Indahnya berbagi demi keutuhan kehidupan sejati. Karena bahagia tiada arti saat orang lain belum mencicipi. Padahal adil itu harapan semua bangsa.***

Yats Surya Alsun, pendidik, warga Negeri yang tergopoh-gopoh menghadapi Corona. Tinggal di Sukasari, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis.