Kerja Keras dan Cerdas yang Membuahkan Hasil

Share

Oleh Endang Wahyu Widiasari, M.Pd

VIRUS korona yang belum ada obatnya sampai saat ini, membuat semua orang gelisah, mencari solusi untuk mencegah dan menghentikan penyebarannya. Salah satu jalan yang ditempuh untuk menghentikan penyebaran virus ini adalah social distanching. Namun kebijakan ini berakibat pada lumpuhnya berbagai sektor kegiatan.

Tak terkecuali, dunia pendidikan juga mengalami perubahan yang luar biasa. Kegiatan belajar mengajar yang biasa dilakukan secara tatap muka langsung, secara serta merta diubah menjadi daring (dalam jaringan/on line/pembelajaran jarak jauh). Pembelajaran daring ini banyak menuai masalah, seperti kurangnya kepemilikan handphone, sulitnya  jaringan internet, dan harus ada biaya kuota. Pembelajaran daring yang terkesan dipaksakan harus dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mencegah mata rantai penularan virus korona ini.

Siswa dan guru belum paham dengan kegiatan pembelajaran jarak jauh. Guru masih mencari  metode yang tepat, sementara orang tua dan siswa masih bingung dengan kegiatan pembelajaran jarak jauh, banyak masalah yang timbul dengan kegiatan pembelajaran jarak jauh ini. Bahkan beberapa waktu yang lalu sempat viral banyak orang tua menganiaya anaknya bahkan sampai tega membunuhnya.

Mengajar secara daring memang terasa melelahkan, orang tua merasa kewalahan karena harus mengajar anaknya di rumah, sementara banyak tugas sebagai ibu rumah tangga yang harus dikerjakan, siswapun tak paham dengan kegiatan pembelajaran jarak jauh. Virus yang semakin masif penyebarannya membuat semua pihak kewalahan.

Masalah tersebut berdampak pada penerimaan siswa baru di tahun ajaran 2020/2021 di sekolah kami, terdapat penurunan jumlah siswa yang mendaftar. Ketika ditelusuri ternyata yang menjadi sebabnya adalah, 1). banyaknya siswa yang masuk pesantren, 2). sekolah sekarang mahal karena harus punya handphone dan harus ada biaya  kuota internet, 3). ada juga siswa yang tidak melanjutkan dengan alasan nanti saja masuk sekolahnya kalau sudah wabah hilang 4). bahkan siswa kelas 8 dan 9 ada juga yang akan keluar dengan alasan sulitnya belajar daring.

Permasalahan yang timbul tidak menjadikan kami surut dalam melangkah, justru menjadi tantangan bagi untuk terus memperbaiki pelayanan kepada masyarakat. Untuk siswa yang melanjutkan ke pesantren kami anggap hal yang wajar kalau orang tua lebih banyak memilih pesantren daripada ke sekolah formal, karena di pesantren siswa masuk seperti biasa, walaupun kegiatan belajar tidak seperti biasa tapi minimalnya pendidikan karakter terbentuk di pesantren. Akan tetapi untuk siswa dengan alasan tidak punya handphone, mahalnya kuota, susah jaringan, dan kesulitan ekonomi kami bujuk untuk melanjutkan sekolah kembali.

Dengan data yang dimiliki dari Sekolah Dasar sekitar, akhirnya kami semua bergerak dari rumah ke rumah, untuk menghubungi siswa agar mereka mau melanjutkan sekolah. Masalah yang dihadapi bukan saja pendaftar yang menurun akan tetapi juga banyak siswa yang pindah dan tidak akan melanjutkan sekolah kembali. Masyarakat yang berada di pedesaan bisa dibilang di daerah terpencil dengan kesadaran masyarakat masih rendah akan pentingnya pendidikan, kondisi sekarang membuat semangat mereka melemah untuk melanjutkan pendidikan.

Setelah bergerak dari rumah ke rumah, akhirnya kami mengambil perbaikan dalam melayani masyarakat di era Covid-19 ini, di antaranya adalah:

1. Menjalin komunikasi yang intensif dengan orang tua siswa dan juga komite sekolah serta tokoh masyarakat sekitar.

2. Memberikan pinjanan buku mata pelajaran kepada semua peserta didik.

3. Mengadakan pembelajaran daring dengan siswa yang memiliki akses internet dan mampu untuk membeli kuota, dengan media yang mudah digunakan oleh peserta didik.

4. Untuk yang luring kita adakan kegiatan modul. Modul berisi lembar kerja  yang harus diisi oleh siswa, dan juga rangkuman materi, modul diambil dua minggu sekali oleh orang tua siswa ke sekolah.

5. Bagi siswa yang di luar jaringan, maksudnya yang tidak bisa luring maupun daring kami datangi ke rumah-rumah.

6. Pemberian kuota bagi siswa dan guru, dengan menggunakan dana BOS.

7. Kerja sama dengan jaringan seluler untuk pemberian kuota gratis pada seluruh siswa dan guru.

8. Membuat jadwal KBM yang lebih sederhana, dan membuat tim untuk mensensor tugas-tugas yang diberikan kepada siswa supaya tidak menyulitkan orang tua dalam membimbing anaknya di rumah. Tugas-tugas yang diberikan lebih menekankan pada kegiatan penguatan PPK dan juga untuk mengurangi beban belajar siswa kami melakukan kolaborasi antar mata pelajaran.

9. Membuat forum komunikasi orang tua dan guru.

10. Untuk mengetahui kegiatan penguatan karakter di rumah dilakukan survey Penguatan Pendidikan Karakter baik melalui moda daring maupun luring.

11. Menampung semua keluhan orang tua siswa untuk kemudian dicarikan solusinya.

Setelah dikomuniksikan bersama akhirnya ditemukan titik temu apa yang menjadi harapan orang tua dalam kegiatan pembelajaran jarak jauh ini. Orang tua siswa boleh memilih apakah mau pembelajaran daring atau luring,  lewat modul yang bisa diambil dua minggu sekali ke sekolah. Untuk lebih memudahkan komunikasi semua orang tua yang memiliki handphone kami data dan dibuatkan group WA orang tua siswa dan siswa. Setiap saat mereka bisa menghubungi pihak sekolah untuk mengkomunikasikan keberadaan siswa di rumah. Untuk mengurangi penggunaan kuota, kita upayakan pengambilan materi pelajaran berasal dari buku paket, akan tetapi kitapun memberikan link-link pengayaan materi kepada siswa, tapi semua tidak memaksa.

Hasilnya setelah dievaluasi kegiatan belajar mengajar baik luring maupun daring serta di luar jangkauan bisa terlaksana 97 persen, dengan 70% daring 23% luring dan 4% yang tidak daring dan luring.  Kerja keras kami semua akhirnya membuahkan hasil, yang membuat kami bahagia banyak anak yang tadinya akan keluar karena kesulitan dalam kegiatan pembelajaran kini kembali masuk sekolah dan juga banyak pendaftar siswa baru kelas 7 yang tadinya tidak akan melanjutkan sekolah.

Berada di daerah pinggiran bukan berarti harus ketinggalan dalam pengunaan IT, kami terus dorong anak-anak supaya melek IT. Secara bertahap kami perkenalkan literasi digital kepada siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran daring. Awal mulanya pembelajaran daring dilakukan melaui wa group seperti: pemberian materi, penugasan mengabsen, mengirimkan tugas dll. Akan tetapi sedikit demi sedikit kami arahkan supaya siswa bisa mengisi link gogle form yang dibagikan di group WA, belajar menggunakan goggle classroom dll. Mula-mula memang terasa sulit akan tetapi kini sudah mulai terbiasa.

Literasi digital  mau tidak mau  harus dikuasi oleh siswa jika tidak ingin tertinggal di kancah global dewasa ini dan tergilas oleh perkembangan jaman. Penguasaan literasi digital mutlak diperlukan, kita sudah berada pada era Revolusi Industri 4.0., di mana penguasaan teknologi digital menjadi sebuah keharusan. Untuk itu siswa perlu terus didorong untuk menguasai literasi digital, sehingga bisa berdaya saing, mandiri, menguasai iptek, dan berbudi pekerti luhur.***

Penulis mengajar di SMPN 4 Cikalongwetan, Kabupaten Bandung Barat.