Terobosan dari Ditjen GTK Kemendikbud: Siber Konseling untuk Atasi Minimnya Guru BK

Share

DIDIKPOS.COM – Pusat Pengembangan dan Pemberdayaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan (PPPTK) Pendidikan Jasmani dan Bimbingan Konseling (Penjas BK), Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemendikbud melakukan terobosan dalam memberikan konseling kepada siswa.

“Pendekatan melalui siber konseling merupakan salah satu pilihan sebagai media akselerasi yang dapat diandalkan untuk menjawab tuntutan organisasi moderen agar cepat merespons perubahan strategis dalam dunia konseling bagi siswa,” kata Kristiawan, salah seorang pengagas aplikasi siber konseling di PPPTK Penjas dan BK Ditjen GTK Kemendikbud, di Jakarta, Minggu (8/11/2020).

“Siber konseling ialah salah satu model layanan bimbingan dan konseling. Tempat konselor dan konseli berinteraksi menggunakan fasilitas internet dalam bentuk website, e-mail, atau media lainnya,” sambungnya.

Lanjut Kristiawan, saat ini layanan BK di sekolah mengalami banyak kendala karena rasio jumlah tenaga guru BK maupun efektivitas layanan di sekolah sangat tidak sebanding.

Sekolah negeri dari berbagai jenjang dengan jumlah 216 ribu lembaga dan siswa di atas 45 juta jiwa membutuhkan bimbingan dan konseling.

“Pentingnya BK bagi siswa ini dirasa mendesak karena sekarang tidak semua siswa dapat merasakan layanan BK sehingga materi kecakapan soft skill tidak didapat secara baik. Lainnya, yakni layanan bimbingan karier dan studi lanjut juga tidak optimal, serta siswa yang memiliki permasalahan pribadi jarang sekali mendapatkan layanan konseling yang praktis dan efektif sesuai dengan kebutuhannya,” terangnya.

Dikatakannya, pelaksanaan layanan BK di setiap sekolah tersebut akan lebih optimal didesain dengan pemanfaatan TIK yang lebih menarik bagi peserta didik.

“Dibutuhkan terobosan strategis dalam rangka akselerasi dan optimalisasi pelaksanaan layanan BK di sekolah melalui penerapan siber konseling di sekolah,” cetusnya.

Ia menambahkan lembaga PPPPTK Penjas dan BK Ditjen. GTK Kemendikbud diharapkan mampu menjawab dan merespons kondisi di lapangan tersebut. Dia berharap terobosan dari Kemendikbud ini dapat memberikan nilai tambah yang efektif, komprehensif, dan akseleratif bagi layanan BK di sekolah.

Sementara itu, Sumiati salah seorang guru BK SMA di Semarang, Jawa Tengah, yang terlibat dalam simulasi penerapan BK daring berharap siber konseling dapat mengisi kekosongan peran BK di seluruh sekolah tanpa benturan waktu dan tempat. Apalagi selama ini guru BK hanya ada di jenjang SMP dan SMA sedangkan jenjang SD belum tersedia.

Ia berharap rancangan implementatif tentang pelayanan BK daring ini mampu menjawab berbagai kendala pada kegiatan BK konvensional seperti menghilangkan kesan bahwa BK itu menyeramkan, tidak ada keterpaut­an soal usia, dan yang terpenting mampu merangsang siswa untuk datang berkonsultasi kapan dan di mana saja, baik untuk urusan minat dan bakat, soal pengenalan potensi, penelaahan jurusan studi, sampai hingga masalah pribadi siswa. (des)***