Workshop Tata Kelola Jurnal di Prodi Doktor Pendidikan Islam Pascasarjana UIN Bandung

Share

DIDIKPOS.COM – Sebanyak 40 peserta mengikuti Workshop Tata Kelola Jurnal Program Studi Doktor Pendidikan Islam Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung, di Hotel Shakti Bandung, Kamis (5/11/2020).

Workshop diikuti unsur Guru Besar, Dosen Homebase pada Prodi Pendidikan Islam S3, Dosen Pascasarjana, Dosen Program Sarjana, mahasiswa, alumni, dan pengguna lulusan.

Narasumber workshop yaitu Prof. Dr. H. Dadang S. Anshori, M. Si. (Dekan FPBS UPI), Prof. Dr. H. Muhibbin Syah, M. Ed. (Ketua Prodi Doktor Pendidikan Islam), Dr. Mohamad Erihadiana, M.Pd (Dosen UIN Bandung). Workshop dipandu Dr. Bambang Samsul Arifin, M. Si (Sekretaris Prodi Doktor Pendidikan Islam).

Saat membuka workshop, Direktur Pascasarjana UIN Bandung, Prof. Dr. H. Supiana, M. Ag. menjelaskan tentang pentingnya tata kelola jurnal. Menurutnya, jika dilakukan dengan profesional, berkolaborasi dengan semua pihak, maka cita-cita menembus Scopus pada jurnal bereputasi nasional, internasional akan segera tercapai.

“Jadi bukan hanya melakukan strategi submit, kiat penulisan dan etikanya, sampai pada gaya selingkungnya. Lebih dari itu, melalui workshop ini mahasiswa bisa meningkatkan karya-karyanya lebih baik dan ditargetkan sebelum ujian tertutup atau terbuka sudah bisa tembus pada jurnal berreputasi. Kalau bagi dosen sudah sangat jelas, karya ilmiahnya dalam bentuk jurnal terakreditasi sudah menjadi kemestian, terutama bagi Lektor Kepala,” tegasnya.

Prof. Supiana mengapresiasi terselenggaranya workshop yang menghadirkan pengelola jurnal di bidangnya.

“Ini semua dalam kerangka meningkatkan mutu pendidikan Islam agar mutu lulusan doktor mampu bersaing dengan lulusan perguruan tinggi lain. Itu dibuktikan dengan aktif menuliskan gagasannya, hasil penelitian pada jurnal terakreditasi dan bereputasi,” jelasnya.

Dekan FPBS UPI, Prof. Dadang S. Anshori, mengatakan, jurnal ilmiah itu harus objektif, rasional, kritis, pembaharuan, dan uptodate.

“Paling tidak ada tiga. Pertama, mempunyai bentuk, struktur dan isi dengan sifat tertentu. Kedua, penulisannya mengikuti kaidah, pola, dan teknik tertentu. Dan ketiga, kaidah, pola, dan teknik penulisan yang mungkin dipengaruhi gaya seningkung yang telah ditetapkan,” jelasnya.

Menurutnya, masalah utama dalam pengelolaan jurnal yaitu minimnya jumlah artikel, naskah yang diterima tidak sesuai dengan selingkung jurnal, dan naskah yang direvisi jarang kembali.

“Selain itu, pengelola terbatas dan kurang kompak, riviver kurang kerja sama, dan proses yang relatif komplek,” terangnya.

Sementara Dosen UIN Bandung, Mohamad Erihadiana, menuturkan, etika penulisan menunjukkan tingkat inklusi, penghargaan, dan pengakuan atas keberagaman.

“Etika penulisan tidak hanya berkaitan dengan plagiarisme, tetapi juga menghindari bias dan bahasa eksklusif seperti seksis, rasis, dll. Ini semua untuk memperkuat tingkat kredibilitas dan argumen penulis,” jelasnya.

Untuk itu, lanjutnya, penting argumentasi dalam penulisan. Sebab, tujuan penulisan jurnal ilmiah adalah mencari jawaban tanpa terlalu dipengaruhi oleh kepercayaan pribadi penulis atau prasangka tentang topik tersebut.

Satu hal yang harus dipastikan saat menulis adalah jangan membangun argumen berdasarkan opini. Mengambil dan memilih hanya sedikit informasi yang mendukung sudut pandang pribadi penulis.

“Sertakan berbagai sudut pandang berbeda. Itu membantu untuk mendasarkan argumen Anda dan membuat kontribusi Anda menonjol. Hormati dan tanggapi dengan serius pendapat dan kepercayaan orang lain. Jelaskan pendapat lain dengan lengkap dan jelas, tanpa bias. Gunakan sudut pandang berbeda yang sesuai standar. Pilih argumen berlawanan yang layak untuk dilawan, jangan menjadi Straw Man, sehingga mudah dibantah,” tandasnya.

Ketua Prodi Doktor Pendidikan Islam, Prof. Muhibbin Syah, menyebutkan, dalam workshop ini dibicarakan tentang seluk beluk menulis yang diangkat dari hasil penelitian. Disertasi untuk dipublikasikan pada jurnal terakreditasi dan bereputasi.

“Tentukan hasil tadi mau dikirim ke jurnal mana karena setiap admin jurnal masing-masing mempunyai gaya selingkung tersendiri. Belum lagi soal menyusun yang sering masalah, bagus menurut riviwer, lebih baik dari admin,” tuturnya. (des)***