Webinar GenBi dan HMJ MKS UIN Bandung: Pemulihan Ekonomi Nasional melalui ERIS dan EKSYA

Share

DIDIKPOS.COM – Generasi Baru Indonesia (GenBi) Komisariat UIN SGD Bandung bersama dengan Himpunan Mahasiswa Jurusan Manajemen Keuangan Syariah (HMJ MKS) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) mengadakan Webinar Nasional melalui aplikasi Zoom Meeting dan Live Streaming Youtube, Sabtu (9/1/2021).

Dengan mengusung tema “Meet The New Hero: ERIS dan EKSYA”, acara ini menghadirkan Sandi Octa Susila, Duta Petani Millenial Kementrian Pertanian Republik Indonesia; Owner Mitra Tani Parahyangan sebagai pemateri utama; serta Adiwarman Karim, Pakar Ekonomi dan Keuangan Islam.

Deputi Direktur Bank Indonesia (BI) KPW Jawa Barat, Gentur Wibisono, saat menyampaikan sambutan mengatakan, kegiatan ini bertujuan menyerukan bagaimana anak muda berperan mendukung peran ekonomi agraris dan dikombinasikan dengan pergerakan ekonomi syariah sebagai suatu pilihan masyarakat Indonesia khususnya, dalam agenda pemulihan ekonomi di era pandemi.

“Ini akan memberikan satu peluang investasi, pemberdayaan ekonomi, yang juga secara tidak langsung membantu tugas Bank Indonesia dalam rangka pengendalian Inflasi baik provinsi, kabupaten dan daerah,” jelas Gentur.

Ketua Jurusan MKS UIN Bandung, Dadang Husen Sobana, memiliki keyakinan Ekonomi Syariah dan Ekonomi Agraris punya kekuatan lebih untuk survive di era pandemi, bahkan menjadi primadona yang bisa surplus di tengah pandemi ini.

“Saya berharap ekonomi syariah dan ekonomi agraris ini akan menjadi penciri bagi kebangkitan ekonomi nasional setelah pandemi berakhir,” terangnya.

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI), Dr. H. Dudang Gojali, M.Ag., menekankan pentingnya mahasiswa untuk membuka diri, sekaligus ada keberanian untuk menggali skaligus meningkatkan kompetensi di luar perkuliahan.

“Seperti mengikuti acara–acara semacam ini agar setelah lulus menjadi sarjana yang siap pakai dan bisa berkontibusi lebih cepat bagi bangsa dan negara,” ujarnya.

Pemateri pertama, Sandi Octa Susila, mengawali pembahasan dengan memaparkan bagaimana prinsip berwirausaha yang dia gunakan sehingga bisa tetap bergerak di tengah-tengah turbulensi ekonomi yang tidak pasti bahkan keadaan pandemi yang belum juga memulih.

“Dari seluruh sektor, pertanian yang masih bertahan dari kontraksi, dan PDB dinilai paling positif di antara yang lainnya,” ujar Sandi.

Sandi mengatakan, sebagai anak muda yang sudah 5 tahun menjalani usaha di bidang agraris dan tengah konsen membawahi 385 petani binaan, penting bagi anak milennial untuk tidak berpikir bahwa kegiatan di sektor pertanian adalah kegiatan yang kuno, harus kotor-kotoran di lahan, menggunakan cangkul dan caping, dan sebagainya.

“Ketika pandemi datang, sektor pertanian harus menyentuh digitalisasi. Karena jika tidak, kita semua sudah bisa lihat sendiri bagaimana tomat, cabe tidak dipanen ketika virus datang, pasar induk ditutup dan sebagainya, dan tentunya yang bisa melakukan digitalisasi itu adalah anak muda, potensi itu bisa diisi,” paparnya.

Pemateri kedua, Adiwarman Karim, memaparkan 9 inisiatif yang melibatkan 21Bank Syariah di 2021 akan menampilkan wajah industri perbankan Syariah yang secara signifikan berbeda. Sembilan inisiatif tersebut dilakukan pada saat industry keuangan secara keseluruhan mengalami fase konsolidasi.

Adi menjelaskan Indonesia akan memiliki Bank Umum Syariah (BUS) BUMN yang merupakan hasil merger dari tiga BUS BUMN. Diperkirakan Bank itu akan menjadi Bank ke delapan terbesar dari segi asset di Indonesia, dan menjadi Bank Syariah terbesar kelima di dunia.

“Diperkirakan satu Bank Umum Syariah akan memperkenalkan model bisnis baru melalui digitalisasi akuisisi nasabah. Bank ini akan memanfaatkan analisa big data untuk menawarkan pembiayaan yang tepat bagi nasabahnya sesuai pola belanja nasabah,” jelas Adi.

Webinar nasional ini diikuti 1500 peserta dari berbagai daerah di Indonesia, baik mahasiswa maupun masyarakat umum. (des)***