DIDIKPOS.COM – Ketua Umum Ikatan Alumni Universitas Pendidikan Indonesia (IKA UPI) Enggartiasto Lukita mengungkapkan kesiapannya memfasilitasi UPI dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat mengembangkan pembelajaran digital dengan cara peningkatan kapasitas guru-guru di Jawa Barat. Enggartiasto percaya UPI memiliki kapasitas mumpuni untuk menjadi ujung tombak transformasi pembelajaran di Tanah Air.
“Situasi pandemi Covid-19 berdampak luas bagi dunia pendidikan, khususnya perubahan cara dan perilaku belajar anak-anak kita. Perubahan ini harus disikapi dengan cara menyiapkan guru agar mampu menjalankan pembelajaran jarak jauh secara tepat. Harus ada penyederhanaan kurikulum agar lebih sesuai dengan tuntutan kebiasaan baru,” ungkap Enggartiasto Lukita saat memberikan sambutan pada webinar “Menjalin Sinergitas Kerjasama dan Hubungan Alumni Dalam Tatanan Normal Baru” yang diselenggarakan Divisi Kerjasama dan Hubungan Alumni UPI, Rabu (15/7/2020).
Enggartiasto tidak memungkiri penyederhanaan kurikulum membutuhkan tahapan panjang dan melibatkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sebagai leading sector utama pendidikan di Tanah Air. Namun demikian, dengan pengalaman panjang sebagai lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK), UPI bisa melakukannya secara mandiri dan mengaplikasikannya secara terbatas. Apalagi, selama ini penyusunan kurikulum nasional tidak pernah lepas dari peran para pakar pendidikan dari UPI. Sebagai catatan, Ketua Pengembang Kurikulum 2013 Said Hamid Hasan merupakan guru besar UPI.
“Jika UPI sudah siap dengan proposal pengembangan pendidikan digital, saya siap mempertemukan langsung dengan Pak Gubernur. Jawa Barat bisa menjadi pilot project pengembangan kapasitas guru digital di Indonesia. UPI bisa memerankan diri sebagai LPTK yang secara cepat merespons perubahan situasi belajar selama pandemi. Saya yakin UPI bisa. Kami IKA UPI siap memberikan dukungan penuh kepada almamater untuk menjalankan program tersebut,” tandas tokoh senior Partai Nasdem yang turut mengantarkan Ridwan Kamil menjadi orang nomor satu di Jabar tersebut.
Dalam konteks kemitraan alumni-almamater, Menteri Perdagangan pada Kabinet Kerja jilid I ini mengajak segenap alumni UPI duduk bersama-sama dengan pimpinan UPI untuk merumuskan hal apa saja yang bisa dilakukan untuk membesarkan almamater. Penting bagi alumni untuk memahami dengan baik positioning almamater dalam peta pendidikan tinggi saat ini. Ini tidak lepas dari transformasi kelembagaan dari Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Bandung menjadi universitas.
“Kami para alumni, khususnya jajaran IKA UPI, siap memberikan kontribusi untuk kemajuan almamater tercinta. Pertanyaannya, apa saja yang harus dilakukan? Dalam bahasa bisnisnya, di mana positioning UPI? Apa spesialisasi UPI? Apakah konsisten dalam bidang pendidikan? Atau sudah beranjak meninggalkan pendidikan seiring hadirnya program studi baru nonkependidikan? Jika kita tetap fokus pada pendidikan, maka banyak hal yang bisa dilakukan bersama,” kata Enggartiasto.
Pusat Keunggulan Pendidikan
Mengingatkan kembali pesan Presiden Jokowi dalam salah satu rapat kabinet, Enggartiasto meminta perguruan tinggi untuk fokus pada bidangnya masing-masing. Jangan ke mana-mana. Dengan demikian, jika UPI setia dengan marwah pendidikan, maka UPI harus menjadi pusat keunggulan (center of exellence) pendidikan di tanah air. UPI harus menjadi motor bagi LPTK-LPTK lain di Indonesia. Salah satunya dengan merespons cepat perubahan budaya belajar era pandemi dan pascapandemi Covid-19.
Enggartiasto mengungkapkan, IKA UPI sudah mengirimkan surat resmi kepada Mendikbud berisi permintaan agar pemerintah memperkuat peran LPTK di Indonesia. Dalam konteks kenormalan baru atau adaptasi kebiasaan baru, IKA UPI dengan tegas meminta Kemendikbud menugaskan LPTK untuk mengembangkan program peningkatan kompetensi guru dalam pembelajaran digital. Surat tersebut ditembuskan kepada Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) dan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK).
“Sesuai rekomendasi webinar III IKA UPI, kami meminta adanya penyederhanaan konten kurikulum dan peningkatan kompetensi digital bagi para guru. Khusus kepada Ketua Komisi X DPR RI, kami meminta agar LPTK turut masuk dan menjadi bagian penting dalam RUU Sistem Pendidikan Nasional maupun dalam peta jalan (roadmap) pendididikan yang dikeluarkan Kemendikbud,” papar Enggartiasto.
Menanggapi hal itu, Wakil Rektor Bidang Riset, Kemitraan, dan Usaha UPI Didi Sukyadi mengaku menyambut keinginan dan kesiapan IKA UPI untuk berperan aktif dalam pengembangan almamater. Bagi Didi, kolaborasi antara alumni dan almamater adalah keniscayaan. Terlebih banyak hal yang tidak bisa diselesaikan sendiri oleh almamater.
“UPI sudah jelas membutuhkan alumni. Pemeringkatan nasional, kontrak kerja, unit bisnis, tracer study, sales services, daya serap lulusan, dan lain-lain sangat bergantung pada peran aktif alumni. Dalam pemeringkatan QS World University Ranking misalnya, 10 persen di antaranya berasal dari employer reputation yang berarti kiprah alumni UPI di lembaga tempatnya bekerja. Degan demikian, alumni dan almamater perlu berkolaborasi untuk merumuskan ¬shared vision,” papar Didi.
Terkait positioning UPI, Didi menegaskan bahwa LPTK tertua ini konsisten mengusung core business pendidikan. UPI bertekad menjadi kiblat pendidikan di Tanah Air. Dalam pidato pengukuhannya belum lama ini, Rektor UPI Solehuddin menegaskan bahwa pendidikan merupakan modal besar untuk perbaikan bangsa. Tekad besar ini dituangkan dalam tagline “UPI Edun” yang berarti “hade pisan” atau luar biasa (extraordinary). Edun juga merupakan singkatan dari education for upturn of nation, pendidikan untuk perbaikan bangsa.
“Saat ini UPI berada di posisi 250 pada QS World University Ranking by Subject Education. Kami menargetkan untuk masuk 100 besar dunia dalam beberapa tahun ke depan. Dan, UPI sebagai universitas pendidikan menjadi salah satu kekuatan kami di Indonesia. Dalam safari ke berbagai daerah maupun pemerintah pusat, UPI banyak mendapat apresiasi karena konsisten mengusung pendidikan,” ujar Didi.
Pentingnya peran alumni dalam pengembangan universitas juga datang dari Ketua Majelis Wali manat (MWA) UPI Agum Gumelar. Menurut Agum, setiap alumni memiliki tanggung jawab untuk menjaga nama baik almamater. Pada saat yang sama, alumni juga dituntut untuk berkontribusi dengan memerankan diri sebagai katalisator pengembangan universitas.
“Saya berharap alumni UPI terus menjaga silaturahmi, baik antara alumni dengan alumni maupun alumni dengan almamater. Karena itu, inilah tugas IKA UPI untuk menjadi jembatan penghubung silaturahmi antara alumni dan almamater. Dengan demikian, nantinya akan terlihat peran strategis peran alumni UPI,” papar Agum.
Anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) ini berpesan agar alumni senantiasa menunjukkan sikap bijak dalam pembangunan bangsa. Sikap baik ini ditandai semangat nasionalisme berupa rasa cinta, bangga, rela berkorban, memberikan yang terbaik kepada bangsa dan negara. Tanpa nasionalisme, sambung Agum, bangsa Indoensia tidak akan besar.
“Saya juga mengingatkan kembali bahwa persaingan dunia sangat kompetitif. Yang harus kita siapkan adalah meningkatkan daya saing. Saya berharap seluruh alumni UPI memiliki daya saing. Kemampuan tinggi dan memiliki daya saing.Tidak kalah pentingnya adalah disiplin. Proses pembangunan membutuhkan disiplin. Pembangunan dilakuan di tengah masyurakat yang disiplin. Omong kosong pembangunan akan berhasil jika dilakuan tanpa masyarakat yang disiplin,” tandas Agum. (des)***