Penelitian di PT, Menristek: Harus Relevan dengan Masalah di Sekitar Kampus

Share

JAKARTA, DIDIKPOS.COM,– Sebelas Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH) mendapatkan Pendanaan Penelitian Tahun 2020 sebesar Rp 514,2 miliar.

Penelitian diarahkan agar memiliki relevansi dengan permasalahan yang dekat dengan lingkungan PT.

Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN), Bambang PS Brodjonegoro, mengatakan, publikasi penelitian internasional Q1 dari Indonesia saat ini sudah mencapai 700.

Menurutnya, hal itu adalah hal yang bagus, tapi jangan dilupakan bila Indonesia kini masih memiliki permasalahan yang perlu ditemukan solusinya.

“Q1 sudah 700, ya tentunya bagus. Apalagi untuk rangking dari universitasnya. Tapi, jangan lupa, kita tidak berada di ruang hampa, tapi hidup di Indonesia dengan segala macam permasalahan yang memang masih membutuhkan solusi untuk menyelesaikannya. Artinya, riset dan inovasi yang dilakukan itu harus relevan dengan kebutuhan masyarakat di sekitarnya,” kata Bambang, saat mengumumkan Pendanaan Penelitian PTNBH dan penandatanganan kontrak Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Tahun 2020 di Hotel Century Park, Jakarta, Rabu (26/2/2020), dirilis pikiran-rakyat.com.

Ia menyebutkan, persoalan di tingkat lokal pada umumnya belum sampai ke solusi yang memerlukan teknologi canggih semacam artificial intelligence (AI) atau internet of things (IoT).

Solusi yang dibutuhkan adalah teknologi tepat guna yang didukung oleh penelitian-penelitian.

“Apabila teknologi tepat tepat guna bisa dilahirkan, maka manfaatnya bisa lebih besar daripada memamerkan artificial intelligent dengan cloud computing. Bagi masyarakat di desa, pertanian, buat mereka itu sesuatu fatamorgana, khayalan, yang mungkin tidak pernah mereka rasakan apa manfaatnya,” kata dia.

Dikatakannya, akan lebih tepat bila membawa ilmu canggih semacam AI dan IoT ke dalam praktik yang dibutuhkan masyarakat.

“Misalnya, daripada melakukan pertanian tradisional, bisa diajarkan para petani mengenai smart farming. Ini petaninya tidak harus belajar IoT, AI, Big Data. Cukup petaninya punya telefon selular,” ujarnya.

Bambang menekankan dana pendidikan ini dapat mengembangkan solusi bagi masalah di sekitar perguruan tinggi tersebut berada.

“Kalau di Lampung masalahnya apa maka Universitas Lampung berusaha melakukan penelitian yang memang menjawab permasalahan utama masyarakat Lampung yang mungkin berbeda dengan masalah utama masyarakat di Kalimantan Barat, misalkan. Ini contoh simpel bahwa masalah lokal kita harus bisa selesaikan dan masalah lokal ini kadang tidak membutuhkan teknologi yang terlalu canggih,” ujarnya.

Tambah Bambang, lantaran dana penelitian yang telah dikucurkan berasal dari APBN, diharapkan hasil-hasilnya bisa sejalan dengan prioritas nasional dan juga bisa mendorong keunggulan spesifik masing-masing perguruan tinggi.

“Banyak objek penelitian yang bisa dilakukan di Indonesia, meskipun masih ada keterbatasan anggaran serta SDM yang melakukan penelitian. Oleh karena itu, kita harus taktis. Istilahnya, kita harus fokus kepada penelitian yang berbasis pada keunggulan Indonesia,” pungkasnya.

Plt. Deputi Bidang Penguatan Riset dan Pengembangan Kemenristek, Muhammad Dimyati, mengatakan, beberapa tahun terakhir publikasi riset telah membaik dan itu ditunjukkan oleh indikator seperti publikasi di jurnal internasional Q1 yang jumlahnya 700.

“Tahun lalu, kami mencari teman-teman peneliti yang publikasi di Q1. Untuk mencari 200 saja susahnya bukan main dan waktu itu kami dapatkan 150-an dari skema yang kita biayai. Tapi, tahun ini alhamdulillah. Teman-teman yang publikasi di Q1 lebih dari 700-an,” tuturnya.

Kali ini, imbuhnya, bukan sekadar jumlah publikasi yang ingin ditekankan, tetapi kualitas publikasinya pun meningkat.

“Kami ingin meningkatkan, bukan hanya publikasi tapi juga kekayaan intelektual. Baik itu hak cipta, paten dan sebagainya sebagai bagian untuk mendorong proses hilirisasi,” tandas Dimyati.***