Mengenang Para Kekasih
Kepada para kekasih
yang tak pernah menerima kata-kata cinta
cukuplah mata yang berbicara
Dan sampai hari ini
ungkapan kasih
masih tersimpan rapi dalam hati
(biarlah menjadi sesuatu
yang indah untuk dikenang
walau tidak diharap)
______________________________________________________
Puisi Senja
Melayang di atas mega
mengintip ratu hendak turun ke telaga
— mengapa matamu melirik dan melempar senyum kecil —
Terbang menjelajah langit
menampak putri meniti pelangi
menenteng sekeranjang pakaian
hendak mencuci di danau sunyi
—mengapa selendangmu melambai-lambai–
……………………..
(Dan aku pun kembali ke bilik pertapa
______________________________________________________
Pagi yang Cerah
Matahari pagi menyelusup di celah-celah
menyisakan bayang-bayang pohon dan gedung-gedung
orang-orang bergegas
menuju keceriaan remaja sekolahan
atau kerja kantoran
Di trotoar seorang Ibu tergolek tidak berdaya
ditemani kendaraan yang terdiam
Orang-orang lalu lalang
menolong Ibu kesakitan
Inilah kehidupan hari ini
yang harus dijalani
seperti biasa
Biodata
Suheryana Bae lahir di Ciamis 14 Agustus 1964. Sebagai pecinta sastra dia menulis puisi sejak SMA dan puisi-puisinya kerap dimuat di koran Pikiran Rakyat Edisi Ciamis. Selain menulis puisi, dia menulis artikel dan dimuat antara lain di Harian Umum Pikiran Rakyat. Kini Suheryana Bae tinggal di Pangandaran.***