Ikhtiar UIN SGD dalam Mencetak Mahasiswa Qurrota A’yun

Share

DIDIKPOS.COM – UIN Sunan Gunung Djati (SGD) Bandung berkomitmen memperkuat dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia untuk menciptakan lulusan yang unggul dan kompetitif. Itu ditempuh dengan cara mencetak mahasiswa qurrota a’yun yang berada di Ma’had al Jami’ah (pesantren kampus).

Pernyataan itu disampaikan Rektor UIN SGD Bandung, Prof. Dr. H. Mahmud, M.Si saat membuka “Studi Komparatif Ma’had Al Jami’ah IAIN Ponorogo di Ma’had Al Jami’ah UIN SGD”, di gedung O. Djauharuddin AR, Kampus I, Jln. A.H. Nasution, Bandung, Jumat (13/3/2020).

Mahmud menjelaskan, Ma’had al Jami’ah merupakan wahana pembinaan mahasiswa dalam pengembangan ilmu keagamaan dan kebahasaan. Tujuannya, menanamkan dan melestarikan tradisi spiritualitas keagamaan yang merupakan subsistem akademik dan pembinaan mahasiswa dalam rangka pelaksanaan visi dan misi pendidikan tinggi Islam.

“Secara historis, Ma’had al Jami’ah merupakan pelembagaan tradisi ke dalam kampus PTAI (perguruan tinggi agama Islam. Oleh sebab itu, Ma’had al Jami’ah berupaya merefleksikan nilai-nilai kepesantrenan, mentrafnsformasikan keilmuan dan pengalaman tradisi keislaman, dan menjadi model pendidikan khas Indonesia karena muncul dan berkembang dari pengalaman sosilogis masyarakat lingkungannya,” terangnya.

Dikatakannya, keberadaan mahasantri Ma’had Al-Jami’ah di lingkungan kampus dan di tengah-tengah masyarakat diharapkan dapat menjadi pionir dan teladan untuk berlomba-lomba dalam kebaikan.

“Ilmu-ilmu keislaman yang diajarkan di Ma’had al Jami’ah bersumber dari khazanah intelektual klasik untuk mendorong sikap intelektual yang berpegang teguh kepada tradisi-tradisi Islam yang kaya. Hal ini harus menjadi distingsi Ma’had al Jami’ah yang ikut menciptakan mahasiswa yang qurrota a’yun, enak dipandang mata dan menyejuk jiwa, bukan enggan dilihat,” ujarnya.

“Sebagai contoh ketika ada tamu yang ingin bertemu dengan dosen atau pimpinan terkadang masih ada yang acuh, tidak menunjukan tempat kerjanya, kalau pun ada yang menunjukkanya tapi tidak menghantarkan tamu itu sampai bertemu dengan seseorang di ruangan dosen atau pimpinan,” imbuh Mahmud.

Ia menuturkan, Rasul telah memberikan keteladanan kepada kita untuk menyambut tamu dan memuliakannya. Sebagai tuan rumah hendaknya menerima tamu dengan baik, wajah senyum dan ceria. Bukan dengan wajah ketus, muka masam dalam menyajikan makanan. Sambutan yang sangat hangat dapat melapangkan hati seorang tamu, membuat kedudukannya terhormat. Sebaliknya, sambutan yang kurang enak bisa berujung pada putusnya silaturahim.

“Mari kita biasakan untuk mengucapkan salam ketika bertemu, dengan wajah senyum, yang menyejukan jiwa dan sambil menyapa, ada yang bisa saya bantu,” ajaknya.

Mahmud menambahkan, upaya menciptakan mahasiswa qurrota a’yun menjadi penting sebagai ikhtiar mewujudkan kampus maju menuju kelas dunia. Caranya, dengan melakukan perubahan dan tetap menjaga profesionalisme, komitmen, konsisten bekerja sama dan sama-sama bekerja demi kepentingan UIN SGD Bandung.

“Oleh karena itu, ikhtiar ini perlu dilakukan secara bersama-sama, dengan komitmen yang tinggi, kebersamaan, bekerja dengan sungguh-sungguh dan mari kita berlomba-lombalah untuk mempertontonkan kebaikan dan prestasi yang dapat membanggakan kampus tercinta, bukan dengan mengumpat, menjelek-jelekan orang lain. Sudahi semuanya mari berbenah untuk terus meningkatkan kualitas dan mutu kampus dengan sepenuh hati,” tegasnya.

Mudir Ma’had Al Jami’ah IAIN Ponorogo, Dr. K.H. Abdul Mun’im, M.Ag., mengungkapkan, studi komparatif Ma’had ke UIN SGD ini dalam kerangka meningkatkan kualitas dan mutu pembelajaran di lingkungan Ma’had Al Jami’ah.

Menurutnya, Ma’had didirikan sebagai wadah untuk meningkatkan pembinaan mahasiswa, memberikan pembelajaran keagamaan yang lebih mendalam, serta mengatasi problematika kedangkalan pengetahuan keagamaan Islam.

“Pendirian Ma’had Al Jamiah bertujuan agar memiliki keseimbangan antara Iptek dan Imtaq. Oleh karena itu keberadaan PTKIN tanpa Ma’had impossible. Salah satu cara meningkatkan kualitas pendidikan dan mutu pembelajaran di perguruan tinggi tidak hanya dilihat dari segi keilmuan semata dengan IPK yang tinggi, tetapi harus dibarengi dengan akhlak terpuji, baik, seperti yang ditampilkan oleh mahasiswa Ma’had,” paparnya.

Direktur Ma’had Al-Jamiah UIN SGD, Drs. Abdul Hadi, M.Ag., menyambut baik silaturahmi dari Ma’had Al Jami’ah IAIN Ponorogo yang berjumlah 10 orang.

“Ahlan wa sahlan di UIN SGD Bandung. Mudah-mudahan silaturahmi yang dilakukan dua hari ini dapat meningkatkan kualitas Ma’had Al Jami’ah dalam pengelolan kurikulum, pembelajaran, tata kelola keuangan, yang menjadi distingsi dari Ma’had,” pungkasnya. (des)***