Pemerintah tak Serius Garap Pendidikan Karakter

Share

DIDIKPOS.COM – Kepala SMA Bina Dharma 1 Bandung, Drs. Sukadi, M.Pd., menilai pemerintah tidak serius menggarap pendidikan karakter. Itu terlihat dari tidak adanya political will dari pemerintah untuk mengeluarkan regulasi yang mendukung berlangsungnya pendidikan karakter.

“Bila ada political will dari pemerintah, mana anggaran yang dialokasikan untuk pendidikan karakter? Selama ini, pentingnya pendidikan karakter sebatas imbauan dan anjuran. Apakah untuk mengefektifkan pendidikan karakter cukup hanya dengan anjuran?” tanya Sukadi, kepada didikpos.com, di ruang kerjanya, Jln. Gegerkalong Hilir Bandung, baru-baru ini.

Menurut Sukadi, segeralah pemerintah membuat regulasi tentang pendidikan karakter. Yang lebih penting lagi, jika sudah ada regulasi, implementasikan regulasi itu dengan baik pula.  

“Untuk melangsungkan pendidikan karakter yang baik, bukan perkara gampang. Bagi pengamat yang berbicara tentang pendidikan karakter, itu terlihat begitu mudah. Tapi lihatlah realitasnya, apakah pemerintah sudah menyiapkan SDM secara baik untuk keberlangsungan pendidikan karakter. Selain itu, infrastruktur, kurikulum, pembiayaan, dan penyediaan buku-bukunya pun hingga kini tidak jelas,” ujar Sukadi.

Kritikan Sukadi dijawab anggota DPRD Jawa Barat, Agus Weliyanto. Menurut Agus, DPRD Jabar memberikan suporting untuk menyukseskan pendidikan karakter. Langkah yang dilakukan, kata dia, yaitu adanya legislasi yang mendukung tersedianya anggaran untuk pendidikan karakter.

“Itu tengah dibahas oleh DPRD Jabar,” kata Agus kepada didikpos.com.

Sementara Kepala SMKN 4 Bandung,  Dr. Asep Tapip Yani, M.Pd., mengatakan, lunturnya pendidikan karakter disebabkan adanya spesialisasi guru. Itu, kata dia, mereduksi nilai-nilai pendidikan.

“Guru matematika misalnya, konsen hanya belajar dan mengajar  matematik. Adapun muridnya nakal, tidak disiplin, itu tidak jadi soal. Yang penting dia mengajar dengan benar dan muridnya dapat nilai bagus. Itu sudah jadi nilai plus bagi guru,” kata Asep.                   

Kepala SMP Budi Bakti Utama, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Ahmad Sape’i, mengatakan, yang lebih berpengaruh dalam membentuk karakter siswa yaitu keluarga dan lingkungan.

“Bandingkan waktu efektif keberadaan siswa antara di sekolah, keluarga, dan lingkungan. Persentasenya lebih banyak di keluarga dan lingkungan. Tentunya, karena persentasenya lebih banyak, pengaruh terhadap anaknyapun lebih besar pula,” ujar Ahmad.

Guru MTs Baitul Arqom, Kecamatan Pacet, Kabupaten Bandung, Ahmad Rifa Ridwan, S.H.I, mengungkapkan, pendidikan karakter sangat penting untuk mengatasi krisis moral yang sedang melanda Indonesia, seperti pergaulan bebas, penyalahgunaan obat-obatan, dan pornografi.

 “Hingga saat ini, itu belum dapat diatasi secara tuntas. Untuk itu, betapa pentingnya pendidikan karakter. Namun yang jadi masalah, faktor lingkungan justru lebih besar pengaruhnya terhadap anak,” ujar Ahmad.

Menanggapi terabaikannya pendidikan karakter, Kabid Pendidikan SMP Disdik Kabupaten Bandung Barat, Dadang A. Sapardan, mengatakan, dia tidak sependapat jika ada anggapan yang menyebutkan gagalnya pendidikan karakter semata-mata karena kesalahan sekolah.

“Itu tidak adil. Suksesnya pendidikan karakter dipengaruhi banyak faktor. Selain sekolah, keluarga dan lingkungan berperan besar dalam mendidik anak,” kata Dadang.

Di Cimahi, anggota DPRD Kota Cimahi, Enang Sahri, menyebutkan, implementasi pendidikan karakter di Kota Cimahi terlihat dari adanya raperda tentang diniyah takmiliyah. Selain itu, dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB)  ada ketentuan calon siswa harus bisa baca tulis Al Qur’an (BTAQ).

Kabid Pendidikan Menengah Umum dan Kejuruan Disdik Kota Cimahi, Guntur Priyambada, menyebutkan, program konkret pendidikan karakter di Cimahi antara lain melalui arahan agar guru  menjadi ujung tombak pendidikan secara efektif.

“Di Cimahi, guru diarahkan bukan semata-mata mengajar, namun harus memberikan atikan kepada siswa,” kata Guntur. (dede suherlan/haifa fauziyyah/asep g.p.)***