Ini Tahapan Pendidikan Seks untuk Anak

Share

DIDIKPOS.COM – Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, termasuk yang hidup di kota besar, membicarakan seks kepada anak adalah tabu.

Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), terdapat 33,5 % remaja perempuan usia 15-19 tahun sudah hamil.

Lalu, riset Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) menyebutkan, 1 dari 9 anak perempuan di bawah usia 18 tahun telah menikah muda. Sementara hanya 5 dari 10 anak yang mengetahui bahwa hanya sekali berhubungan seksual bisa menyebabkan kehamilan.

Masalah ini diperparah dengan enggannya orang tua membicarakan masalah seksual kepada anaknya.

Bagaimana tahapan pendidikan seksual sejak dini itu bisa dilakukan?

Berikut langkah-langkahnya:

Pendidikan Seks untuk Anak Bayi: Pengenalan Anggota Tubuh

Mama bisa mengajarkan masalah seksual kepada bayi dengan mengajarkan nama-nama anggota tubuhnya. Lakukan sejak dini, misalnya saat Mama sedang membersihkan atau memandikan si Kecil. Meski si Kecil belum mengerti benar, sebutkan anggota tubuh dengan kata yang benar, misalnya menyebut kelamin anak perempuan dengan kata vagina dan alat kelamin bayi laki-laki dengan penis.

Saat membersihkan tubuhnya, Mama juga bisa membicarakan cara melakukannya dengan benar. Misalnya saat sedang mencebok setelah buang air, ucapkan kata, “Dibilas dari arah depan ke belakang ya, Nak!”. Begitu pun saat sedang mandi, ajarkan cara menyabuni tubuh.

Pendidikan Seks untuk Balita: Mengajarkan Cara Menjaga Diri

Langkah kedua pendidikan seks dilakukan ketika anak-anak masuk usia balita. Ini karena secara kognitif mereka sudah lebih mudah memahami bahasa, etika, dan mulai melakukan pergaulan sosial.

Hal terpenting yang harus diajarkan orang tua kepada anaknya adalah mengenai organ vital dan cara menjaganya.

Mama harus menegaskan bahwa organ kelamin dan vital, yaitu bagian leher sampai lutut mereka, hanya boleh dipegang oleh Mama, Papa, dan si Anak sendiri. Pengasuh dan dokter boleh memegangnya jika ada Mama atau Papa yang mengawasi.

Mereka juga harus diajarkan perbedaan laki-laki dan perempuan, norma-norma sosial, agama, dan sopan santun. Misalnya, harus menutup aurat, duduk dengan rapi, menutup pintu saat mandi atau buang air, dan lain-lain.

Pendidikan Seks untuk Anak Pra Remaja: Mendalami Masalah Pubertas

Anak pra remaja mengalami gejolak psikologis yang seringkali membuat mereka kebingungan. Salah satu gejolak terbesar di dalam kehidupan mereka adalah masa pubertas. Persiapkan diri anak untuk menghadapi masa ini sejak dini, sedini mereka menginjak bangku Sekolah Dasar.

Ceritakan pengalaman Mama dan Papa juga tips untuk menghadapi masa-masa itu. Masa pubertas memengaruhi juga hormon dan emosi mereka. Anak-anak akan mulai tertarik dengan lawan jenis dan belajar jatuh cinta.

Jika tidak sejak awal anak dilatih berkomunikasi terbuka ke orang tuanya, Mama dan anak akan sama-sama kesulitan menghadapi masa depan.

Pendidikan Seks untuk Remaja: Mengajarkan Soal Tanggung Jawab Seksual

Ini masa yang paling rumit untuk anak-anak. Usia SMP dan SMA adalah masa anak-anak merasa telah dewasa dan tahu segalanya. Mereka mencari informasi sendiri dan orang tua yang tidak terbiasa berkomunikasi dengan anaknya akan mengalami kesulitan masuk ke kehidupan anak, apalagi membahas masalah seksual dengan mereka.

Anak-anak biasanya tersinggung dan marah jika orang tua terlalu ingin tahu. Pertanyaan-pertanyaan Mama dianggap mengganggu bukan untuk membantu mereka.

Salah satu hal terberat yang harus dibicarakan orang tua adalah soal tanggung jawab sosial. Orang tua harus memberikan pemahaman bahwa pergaulan sosial yang salah, sangat rentan memengaruhi perkembangan pribadi, termasuk kematangan seksual anak. (dody achadiyat)***

Sumber: Popmama.com